BAB II
PEMBAHASAN
A. HAKIKAT MANUSIA
Objek studi
geografi meliputi atmosfer, lithosfer, hidrosfer, biosfer dan antroposfer.
Geografi sosial menekankan studi pada aspek antroposfer. Geografi Sosial secara
spesifik spesifik memiliki objek kajian tentang tindakan manusia dengan segala
kemampuan yang dimiliki untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya baik
lingkungan alamiah dan lingkungan manusia. Segala aktifitas manusia untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya merupakan pokok kajian geografi sosial. Geografi
Sosial dalam struktur keilmuan agar tetap eksis memerlukan pengembangan teori,
penajaman dan perluasan aplikasi. kajian sehingga manusia merupakan titik
perhatian. Hubungan sebab akibat antara manusia dengan lingkungan dan
mengkaitkan faktor faktor pengaruh didalamnya memerlukan pengembangan
pendekatan geografi sosial.
Geografi
Sosial pada awal perkembangannya cenderung idiografis kemudian bergeser ke
nomothetik meskipun sampai saat ini kedua paradigma tersebut masih sering
dimanfaatkan bersama. Pendekatan tradisional meliputi eksplorasi,
environmentalisme maupun regionalisme dan pendekatan kontemporer dikenalkan
dengan analisis keruangan, kelingkungan dan kewilyahan dalam mengkaji tempat
dan wilayah dikaitkan dengan aktifitas manusia lingkup lokal dan global..
Geografi sosial kedepan adalah meningkatkan kemampuan menjawab persoalan
manusia dalam hubungan dengan lingkungan alam dan lingkungan manusia yang
semakin kompleks di muka bumi dengan metode dan pendekatan geografi.
B. FILSAFAT GEOGRAFI
Geografi
Sosial mempunyai objek studi aktifitas manusia sebagai bagian geosfer meliputi
perbedaan dan persamaan aktifitas manusia dengan lingkungannya yakni lingkungan
alam dan lingkungan sosial (Hasil Seminar Lokakarya Geografi di Semarang,
1988). Geografi sebagai ilmu spesifik tentang geosfer tentu saja kajian
geografi sosial lebih menekankan kegiatan manusia sebagai aspek pokoknya tidak
dapat dilepaskan dari aspek lingkungan alam
C. FILOSOF GEOGRAFI
Mengidentifikasi maupun
menerapkan konsep dan teori geografi dengan pendekatan kualitatif mengawali
kerangka pemikiran geografi sosial. Geografi sosial dengan paradigma determinism,
posibilism dan probabilism mulai dilakukan dengan pengamatan
kualitatif. Dalam pengembangan teori dan konsep geografi pendekatan ini lebih
banyak menjadi prinsip dasar pemikiran untuk mencapai tujuan, merumuskan
masalah hingga menentukan jawaban sementara tentang aktifitas manusia dalam
hubungan dengan lingkungan di muka bumi ini. Kajian geografi dalam pengumpulan
fakta empiris guna membangun teori diperlukan paradigma yang dapat dijadikan
landasan membuat definisi operasional dan memformulasikan konsep maupun teori
serta metodologi (Peet, 1998). Kombinasi pendekatan kuantitatif dan kualitatif
dapatkah dipadukan sesuai dengan objek material geografi yang memadukan antara
fenomena alam dan manusia dengan segala peradaban dan perilaku serta
akltifitasnya. Upaya menemukan variasi model pendekatan tersebut menjadi
tantangan yang perlumendapat perhatian dalam pengembangan geografi sebagai ilmu
yang khas yakni kemampuan memadukan secara selaras antar fenomena geosfer.
Geografi dalam paradigma tradisional yaitu eksplorasi, environmentalisme maupun
regionalisme dan paradigma kontemporer yaitu paradigma dengan analisis
keruangan, kelingkungan dan kewilyahan (Johnston, 2000). Eksplorasi menandai
awal perkembangan geografi menekankan diskripsi, identifikasi dan klasifikasi
kajian fakta lapangan tentu saja fase ini masih diliputi dengan keterbatasan
teori geografi. Environmentalis menekankan peran lingkungan fisik terhadap pola
kegiatan manusia memunculkan analisis morfometrik dan hubungan kausalitas.
Regionalisme memunculkan konsep regional sebagai dasar pengenalan ruangGeografi
kontemporer memperhatikan analisis keruangan lebih bersifat nomotetik dengan
meletakkan dasar tentang keteraturan pola, struktur dan proses (Bintarto dan
Surastopo, 1984; Yunus, 1994; Dear dan Steven, 2002). Perkembangan geografi
tidak dapat meninggalkan secara penuh paradigma terdahulu sehingga paradigma
tradisional dan kontemporer diterapkan bersama dalam kajian geografi. Cara
tersebut diharapkan akan membantu dinamika perkembangan geografi sebagai satu
disiplin ilmu. Geografi mengkaji hubungan manusia dengan alam menggunakan
analisa keruangan, kelingkungan dan kewilayahan dalam pengembangan teori
dijadikan dasar pemikiran untuk merespon dinamika di muka bumi. Pengembangan
geografi melalui penerapan pendekatan secara empiris merupakan pengkajian
lanjut epistimologi geografi yang banyak digunakan melalui penelitian.
D. PENDEKATAN
KERUANGAN, KELINGKUNGAN, DAN KEWILAYAHAN
Obyek formal merupakan karakteristik yang membedakan
antar berbagai disiplin ilmu dari sudut pandang geografi bahwa prinsip
keruangan sebagai inti analisis geografi (Johnston, 1983; Harvey dan Holly,
1981; Jensen, 1984; Hagget, 1984). Pendekatan yang disepakati dalam geografi
untuk melakukan kerangka kerja. Pendekatan keruangan menyangkut pola, proses
dan struktur di kaitkan dengan dimensi waktu maka analisisnya bersifat horizontal.
Pendekatan geografi meliputi; pola dari sebaran gejala tertentu di permukaan
bumi (Spatial Pattern), keterkaitan atau hubungan sesama antar gejala
tersebut (Spatial System), perkembangan atau perubahan yang terjadi pada
gejala (Spatial Procces) analisisnya menekankan pada variasi distribusi
dan lokasi dari berbagai gejala atau kelompok gejala gejala di permukaan bumi.
Faktor yang menyebabkan pola distribusi keruangan berbeda dapat di ubah
sedemikian rupa sehingga distribusinya menjadi lebih efektif merupakan pangkal
kajian geografi. Geografi dengan pendekatan yang digunakan diharapkan mampu
berperan dalam membuat perencanaan dan pengembangan untuk mewujudkan
kesejateraan manusia selaras dengan alam. Pendekatan kelingkungan sebagai studi
mengenai interaksi antara organisme hidup dengan lingkungan yang disebut
sebagai ekologi dalam suatu ekosistem. Interaksi kehidupan manusia dengan
faktor fisisnya yang membentuk sistem keruangan yang menghubungkan suatu region
dengan region lainnya dikaji dalam geografi. Pendekatan ekologi dalam geografi
adalah suatu metodologi untuk mendekati menelaah dan menganalisa suatu gejala
atau sesuatu masalah dengan menerapkan konsep dan prinsip ekologi. Pendekatan
ini merupakan analisis hubungan antar variabel manusia dengan variabel
lingkungan. Pandangan dan telaah ekologi diarahkan pada hubungan antara manusia
sebagai makhluk hidup dengan lingkungan alam, sebagai contoh di dalam
pendekatan ekologi bahwa suatu pemukiman ditinjau sebagai suatu bentuk
ekosistem hasil interaksi penyebaran dan aktivitas manusia dengan lingkungan
alamnya.
Pendekatan kewilayahan merupakan kombinasi antara
analisa keruangan dan analisa kelingkungan sering disebut analisa kompleks
wilayah. Wilayah di hampiri dengan pengertian “areal defferentiation” yaitu
interaksi antar wilayah akan berkembang karena pada hakekatnya berbeda antara
wilayah satu dengan wilayah lainnya (Hartshorn, 1959; Milton, 1986 dan Gregory,
1999). Penyebaran fenomena tertentu (analisa keruangan) dan interaksi antara
variabelmanusia dan lingkungannya dengan analisa kelingkungan menjadi perhatian
analisa kewilayahan. Analisa kewilayahan menjadi populer untuk perencanaan
pengembangan wilayah dan perancangan wilayah merupakan aspek penting dalam
geografi.
E.
GEOGRAFI SOSIAL DALAM TEORI DAN KAJIAN SOSIAL
Peranan geografi dalam kajian geosfer meliputi
atmosfer berkaitan dengan ilmu cuaca, ilmu iklim. Lithosfer mendalami tentang
stratigrafi, mineralogi, konfigurasi topografi, struktur dan jenis batuan
maupun proses terjadi, pembetukan, penyebaran dan implikasinya di dalam
penggunaan lahan, konservasi tanah maupun kajian sumber daya lahan. Hidropsfera
berkaitan dengan hidrografi berkenaan dengan air di permukaan bumi;
terdapatnya, penyebarannya, sirkulasinya, kualitasnya termasuk relief permukaan
bumi di wilayah pantai, berbagai aktifitas gelombang. Biosfer menekankan
keberadaan fauna dan flora maupun penyebarannya di permukaan bumi. Antroposfer
menekankan pada kajian manusia dan segala aktifitasnya di permukaan bumi dengan
segala akal budinya dalam melakukan interaksi dengan lingkungannya. Keseluruhan
analisis interaksi, integrasi, interdependensi dan interelasi antar fenomena
dengan analisis; keruangan, kelingkungan dan kewilayahan merupakan ciri khas
yang dimiliki kajian geografi (Johnston, 1983; Harvey dan Holly, 1981; Jensen,
1984; Hagget, 1984; Bintarto dan Surastopo, 1984, Sumaatmadja, 1984 dan
Daldjoeni, 1996).
Menempatka geografi di bawah ilmu sosial mengedepankan
kajian geosfer dengan pusat perhatian geografi pada antroposfer berarti
memperhatikan kegiatan manusia di muka bumi dengan melihat unsur geosfer
sebagai wahana. Geografi sebagai ilmu sosial dalam pengembangan ilmu saat ini
mulai selaras dengan penerapan paradigma humanisme yang mengedepankan
pendekatan kualitatif denganeksistensialisme dan fenomenologi.
Mengembangakan permasalahan dengan mempresentasikan
pendekatan geografi dan etnografi dalam sistem informasi geografi dan
kebudayaan. Politik posmodern termasuk sejarah dan prediksi masa depan serta
geografi tentang feminisme dan orientasi pasca kolonial menjadi trend geografi
pasca 90 an. Demikian pula psikologi dan sexualitas dikaitkan dengan pengaruh
alam dan lingkungan, kesehatan dan tempat menjadi perhatian dalam pengembangan
geografi (Dear dan Flusty, 2202). Hubungan keruangan dan masyarakat dengan
mengadopsi teori sosial dengan maiinstream ilmu sosial dan psikologi menjadi
perhatian penting dalam geografi sebagai ilmu sosial. Perhatian geografi juga
mengarah pada apresiasi dan diversifikasi teori dari berbagai dimensi dalam
kajian empirik aktifitas sosial dalam ruang tertentu di muka bumi. Teori yang
dipergunakan untuk menjelaskan fenomena geosfer sudah sejak lama sebenarnya
mengacu pada teori sosial dalam kaitanya dengan pemanfatan ruang dari waktu ke
waktu. Christaller dengan “Central Place In South Germany” mengenai
penyebaran pemukiman desa dan kota yang berbeda ukuran luasnya menjadi salah
satu teori yang masih dimanfaatkan dalam kajian geografi.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Dalam geografi antrofosfer
merupakan pusat dari litosfer, hidrosfer, atmosfer, dan biosber, karena manusia
merupakan makhluk yang diciptakan tuhan untuk dapat merawat, menjaga geosfer.
Dengan begitu manusia dapat tumbuh dan hidup di bumi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar