Senin, 04 November 2013

Filsafat Geografi



BAB II
PEMBAHASAN
A.  HAKIKAT MANUSIA
Objek studi geografi meliputi atmosfer, lithosfer, hidrosfer, biosfer dan antroposfer. Geografi sosial menekankan studi pada aspek antroposfer. Geografi Sosial secara spesifik spesifik memiliki objek kajian tentang tindakan manusia dengan segala kemampuan yang dimiliki untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya baik lingkungan alamiah dan lingkungan manusia. Segala aktifitas manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya merupakan pokok kajian geografi sosial. Geografi Sosial dalam struktur keilmuan agar tetap eksis memerlukan pengembangan teori, penajaman dan perluasan aplikasi. kajian sehingga manusia merupakan titik perhatian. Hubungan sebab akibat antara manusia dengan lingkungan dan mengkaitkan faktor faktor pengaruh didalamnya memerlukan pengembangan pendekatan geografi sosial.
Geografi Sosial pada awal perkembangannya cenderung idiografis kemudian bergeser ke nomothetik meskipun sampai saat ini kedua paradigma tersebut masih sering dimanfaatkan bersama. Pendekatan tradisional meliputi eksplorasi, environmentalisme maupun regionalisme dan pendekatan kontemporer dikenalkan dengan analisis keruangan, kelingkungan dan kewilyahan dalam mengkaji tempat dan wilayah dikaitkan dengan aktifitas manusia lingkup lokal dan global.. Geografi sosial kedepan adalah meningkatkan kemampuan menjawab persoalan manusia dalam hubungan dengan lingkungan alam dan lingkungan manusia yang semakin kompleks di muka bumi dengan metode dan pendekatan geografi.






B.  FILSAFAT GEOGRAFI
Geografi Sosial mempunyai objek studi aktifitas manusia sebagai bagian geosfer meliputi perbedaan dan persamaan aktifitas manusia dengan lingkungannya yakni lingkungan alam dan lingkungan sosial (Hasil Seminar Lokakarya Geografi di Semarang, 1988). Geografi sebagai ilmu spesifik tentang geosfer tentu saja kajian geografi sosial lebih menekankan kegiatan manusia sebagai aspek pokoknya tidak dapat dilepaskan dari aspek lingkungan alam

C.  FILOSOF GEOGRAFI
Mengidentifikasi maupun menerapkan konsep dan teori geografi dengan pendekatan kualitatif mengawali kerangka pemikiran geografi sosial. Geografi sosial dengan paradigma determinism, posibilism dan probabilism mulai dilakukan dengan pengamatan kualitatif. Dalam pengembangan teori dan konsep geografi pendekatan ini lebih banyak menjadi prinsip dasar pemikiran untuk mencapai tujuan, merumuskan masalah hingga menentukan jawaban sementara tentang aktifitas manusia dalam hubungan dengan lingkungan di muka bumi ini. Kajian geografi dalam pengumpulan fakta empiris guna membangun teori diperlukan paradigma yang dapat dijadikan landasan membuat definisi operasional dan memformulasikan konsep maupun teori serta metodologi (Peet, 1998). Kombinasi pendekatan kuantitatif dan kualitatif dapatkah dipadukan sesuai dengan objek material geografi yang memadukan antara fenomena alam dan manusia dengan segala peradaban dan perilaku serta akltifitasnya. Upaya menemukan variasi model pendekatan tersebut menjadi tantangan yang perlumendapat perhatian dalam pengembangan geografi sebagai ilmu yang khas yakni kemampuan memadukan secara selaras antar fenomena geosfer. Geografi dalam paradigma tradisional yaitu eksplorasi, environmentalisme maupun regionalisme dan paradigma kontemporer yaitu paradigma dengan analisis keruangan, kelingkungan dan kewilyahan (Johnston, 2000). Eksplorasi menandai awal perkembangan geografi menekankan diskripsi, identifikasi dan klasifikasi kajian fakta lapangan tentu saja fase ini masih diliputi dengan keterbatasan teori geografi. Environmentalis menekankan peran lingkungan fisik terhadap pola kegiatan manusia memunculkan analisis morfometrik dan hubungan kausalitas. Regionalisme memunculkan konsep regional sebagai dasar pengenalan ruangGeografi kontemporer memperhatikan analisis keruangan lebih bersifat nomotetik dengan meletakkan dasar tentang keteraturan pola, struktur dan proses (Bintarto dan Surastopo, 1984; Yunus, 1994; Dear dan Steven, 2002). Perkembangan geografi tidak dapat meninggalkan secara penuh paradigma terdahulu sehingga paradigma tradisional dan kontemporer diterapkan bersama dalam kajian geografi. Cara tersebut diharapkan akan membantu dinamika perkembangan geografi sebagai satu disiplin ilmu. Geografi mengkaji hubungan manusia dengan alam menggunakan analisa keruangan, kelingkungan dan kewilayahan dalam pengembangan teori dijadikan dasar pemikiran untuk merespon dinamika di muka bumi. Pengembangan geografi melalui penerapan pendekatan secara empiris merupakan pengkajian lanjut epistimologi geografi yang banyak digunakan melalui penelitian.
D.  PENDEKATAN KERUANGAN, KELINGKUNGAN, DAN KEWILAYAHAN
Obyek formal merupakan karakteristik yang membedakan antar berbagai disiplin ilmu dari sudut pandang geografi bahwa prinsip keruangan sebagai inti analisis geografi (Johnston, 1983; Harvey dan Holly, 1981; Jensen, 1984; Hagget, 1984). Pendekatan yang disepakati dalam geografi untuk melakukan kerangka kerja. Pendekatan keruangan menyangkut pola, proses dan struktur di kaitkan dengan dimensi waktu maka analisisnya bersifat horizontal. Pendekatan geografi meliputi; pola dari sebaran gejala tertentu di permukaan bumi (Spatial Pattern), keterkaitan atau hubungan sesama antar gejala tersebut (Spatial System), perkembangan atau perubahan yang terjadi pada gejala (Spatial Procces) analisisnya menekankan pada variasi distribusi dan lokasi dari berbagai gejala atau kelompok gejala gejala di permukaan bumi. Faktor yang menyebabkan pola distribusi keruangan berbeda dapat di ubah sedemikian rupa sehingga distribusinya menjadi lebih efektif merupakan pangkal kajian geografi. Geografi dengan pendekatan yang digunakan diharapkan mampu berperan dalam membuat perencanaan dan pengembangan untuk mewujudkan kesejateraan manusia selaras dengan alam. Pendekatan kelingkungan sebagai studi mengenai interaksi antara organisme hidup dengan lingkungan yang disebut sebagai ekologi dalam suatu ekosistem. Interaksi kehidupan manusia dengan faktor fisisnya yang membentuk sistem keruangan yang menghubungkan suatu region dengan region lainnya dikaji dalam geografi. Pendekatan ekologi dalam geografi adalah suatu metodologi untuk mendekati menelaah dan menganalisa suatu gejala atau sesuatu masalah dengan menerapkan konsep dan prinsip ekologi. Pendekatan ini merupakan analisis hubungan antar variabel manusia dengan variabel lingkungan. Pandangan dan telaah ekologi diarahkan pada hubungan antara manusia sebagai makhluk hidup dengan lingkungan alam, sebagai contoh di dalam pendekatan ekologi bahwa suatu pemukiman ditinjau sebagai suatu bentuk ekosistem hasil interaksi penyebaran dan aktivitas manusia dengan lingkungan alamnya.
Pendekatan kewilayahan merupakan kombinasi antara analisa keruangan dan analisa kelingkungan sering disebut analisa kompleks wilayah. Wilayah di hampiri dengan pengertian “areal defferentiation” yaitu interaksi antar wilayah akan berkembang karena pada hakekatnya berbeda antara wilayah satu dengan wilayah lainnya (Hartshorn, 1959; Milton, 1986 dan Gregory, 1999). Penyebaran fenomena tertentu (analisa keruangan) dan interaksi antara variabelmanusia dan lingkungannya dengan analisa kelingkungan menjadi perhatian analisa kewilayahan. Analisa kewilayahan menjadi populer untuk perencanaan pengembangan wilayah dan perancangan wilayah merupakan aspek penting dalam geografi.

E.   GEOGRAFI SOSIAL DALAM TEORI DAN KAJIAN SOSIAL
Peranan geografi dalam kajian geosfer meliputi atmosfer berkaitan dengan ilmu cuaca, ilmu iklim. Lithosfer mendalami tentang stratigrafi, mineralogi, konfigurasi topografi, struktur dan jenis batuan maupun proses terjadi, pembetukan, penyebaran dan implikasinya di dalam penggunaan lahan, konservasi tanah maupun kajian sumber daya lahan. Hidropsfera berkaitan dengan hidrografi berkenaan dengan air di permukaan bumi; terdapatnya, penyebarannya, sirkulasinya, kualitasnya termasuk relief permukaan bumi di wilayah pantai, berbagai aktifitas gelombang. Biosfer menekankan keberadaan fauna dan flora maupun penyebarannya di permukaan bumi. Antroposfer menekankan pada kajian manusia dan segala aktifitasnya di permukaan bumi dengan segala akal budinya dalam melakukan interaksi dengan lingkungannya. Keseluruhan analisis interaksi, integrasi, interdependensi dan interelasi antar fenomena dengan analisis; keruangan, kelingkungan dan kewilayahan merupakan ciri khas yang dimiliki kajian geografi (Johnston, 1983; Harvey dan Holly, 1981; Jensen, 1984; Hagget, 1984; Bintarto dan Surastopo, 1984, Sumaatmadja, 1984 dan Daldjoeni, 1996).
Menempatka geografi di bawah ilmu sosial mengedepankan kajian geosfer dengan pusat perhatian geografi pada antroposfer berarti memperhatikan kegiatan manusia di muka bumi dengan melihat unsur geosfer sebagai wahana. Geografi sebagai ilmu sosial dalam pengembangan ilmu saat ini mulai selaras dengan penerapan paradigma humanisme yang mengedepankan pendekatan kualitatif denganeksistensialisme dan fenomenologi.
Mengembangakan permasalahan dengan mempresentasikan pendekatan geografi dan etnografi dalam sistem informasi geografi dan kebudayaan. Politik posmodern termasuk sejarah dan prediksi masa depan serta geografi tentang feminisme dan orientasi pasca kolonial menjadi trend geografi pasca 90 an. Demikian pula psikologi dan sexualitas dikaitkan dengan pengaruh alam dan lingkungan, kesehatan dan tempat menjadi perhatian dalam pengembangan geografi (Dear dan Flusty, 2202). Hubungan keruangan dan masyarakat dengan mengadopsi teori sosial dengan maiinstream ilmu sosial dan psikologi menjadi perhatian penting dalam geografi sebagai ilmu sosial. Perhatian geografi juga mengarah pada apresiasi dan diversifikasi teori dari berbagai dimensi dalam kajian empirik aktifitas sosial dalam ruang tertentu di muka bumi. Teori yang dipergunakan untuk menjelaskan fenomena geosfer sudah sejak lama sebenarnya mengacu pada teori sosial dalam kaitanya dengan pemanfatan ruang dari waktu ke waktu. Christaller dengan “Central Place In South Germany” mengenai penyebaran pemukiman desa dan kota yang berbeda ukuran luasnya menjadi salah satu teori yang masih dimanfaatkan dalam kajian geografi.




BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
     Dalam geografi antrofosfer merupakan pusat dari litosfer, hidrosfer, atmosfer, dan biosber, karena manusia merupakan makhluk yang diciptakan tuhan untuk dapat merawat, menjaga geosfer. Dengan begitu manusia dapat tumbuh dan hidup di bumi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar