BAB II
PEMBAHASAN
1.
PENDIDIKAN
UNTUK MANUSIA
Mengapa hanya manusia yang bisa di didik dan
kenapa manusia harus di didik, lalu bagaimana dengan
burung beo yang bisa berbicara, lumba-lumba di ancol yang bisa bersahabat
dengan penonton seperti layaknya manusia?
Karena hanya manusia yang memiliki akal budi
dan insting, sedangkan hewan hanya mengandalkan insting untuk kelanggsungan
hidupnya.
Burung Beo bisa berbicara bukan karena
pendidikan dan bukan karena didik tapi karena dilatih, dilatih dan terus
dilatih hingga bisa mengucapkan apa yang diperintah majikannya. Burung beo
tidak bisa berkembang jauh seperti manusia yang bisa mengucapkan banyak kata,
karena burung Beo hanya memiliki insting saja
A. Manusia
Pendidikan
Ada pendapat mengatakan bahwa manusia lahir
dari proses pendidikan , manusia pendidikan bukan hanya manusia yang
mendidik tetapi juga manusia yang dididik, dalam hal ini arti luas dari
pendidikan yaitu segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan individu
sebagai pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan
sepanjang hidup.
Manusia disebut “Homo Sapiens”.Artinya,
makhluk yang mempunyai kemampuan untuk berilmu pengetahuan.Salah satu insting manusia adalah
selalu cenderung ingin mengetahui segala sesuatu disekelilingnya yang belum
diketahuinya.Dari rasa ingin tahu maka timbul ilmu pengetahuan.Dalam hidupnya
manusia digerakan sebagian oleh kebutuhan untuk mencapai sesuatu, dan sebagian
lagi oleh tanggung jawab sosial dalam masyarakat.Manusia bukan hanya mempunyai
kemampuan-kemampuan, tetapi juga mempunyai keterbatasan-keterbatasan, dan juga
tidak hanya mempunyai sifat-sifat yang baik, namun juga mempunyai sifat-sifat
yang kurang baik.Tampaklah bahwa manusia itu sangat membutuhkan
pendidikan.Karena melalui pendidikanmanusia dapat mempunyai kemampuan-kemampuan
mengatur dan mengontrol serta menentukan dirinya sendiri.Melalui pendidikan
pula perkembangan kepribadian manusia dapat diarahkan kepada yang lebih
baik.Dan melalui pendidikan kemampuan tingkah laku manusia dapat didekati dan
dianalisis secara murni.
Dengan pendidikan manusia dapat berkembang
kemanusiaanya, dimana pendidikan sebagai fungsi strategis yaitu untuk
mengaktualisasikan sekaligus mengembangkan semua potensi kemanusiaanya , baik
dalam kehidupan kodrat maupun sifat kodratnya. Manusia dikatakan manusia
pendidikan karena manusia akan selalu belajar terus menerus dengan sesuatu yang
baru. Oleh karena itu pendidikan dan prosesnya merupakan suatu proses
kemanusiaan dan pemanusiaan.
B.
Dressur dan Pendidikan
Dressur merupakan kegiatan melatih binatang
untuk menjadikanya jinak ataupun bisa bersahabat dengan manusia, hal ini
dilakukan untuk berbagai keperluan manusia, contoh kecil yaitu untuk keperluan
sirkus untuk seekor anjing yang begitu buas.
Pendidikan lebih tepatnya diberikan untuk
manusia, karena pendidikan dapat digunakan sebagai sarana pengaktualisasian
sekaligus pengembangan semua potensi kemanusiaanya. Dengan pendidikan, manusia
dapat berkembang kema- nusiaannya, tetapi binatang jika “dididik” atau dilatih,
tidak akan mengembangkan, melainkan mengurangi bahkan menghilangkan
kebinatangannya. Yang terjadi adalah domestikasi (penjinakan).Oleh sebab itu,
pendi dikan itu untuk manusia dan bukan untuk binatang. Meskipun demikian, jika
proses atau kegiatan pendi- dikan kita tidak sebagaimana mestinya, maka yang
akan terjadi adalah penjajahan, dalam istilah Carnoy cultural imperialism
(Martin Carnoy, 1974:15)
Pada umumnya sangat sulit membedakan
penempatan kata pendidikan yang
benar pada manusia atau pada hewan, ataupun bahkan tepat untuk keduanya.Namun
kesemuanya itu sudah dijelaskan diatas.
C.
Hakikat Manusia
Manusia pada hakikatnya adalah mahluk yang
selalu belajar dan dipelajari . Sifat hakekat manusia menjadi bidang kajian
filsafat,khusnya filsafat antrofologi.hal ini menjadi keharusan oleh karena
pendidikan bukanlah sekadar soal peraktek melainkan peraktek yang berlandaskan
dan bertujuan. Sedangkan landasan dan tujuan pendidikan itu sendiri sifatnya
filosofis normatif.Besifat filosofis karena untuk mendapatkan landasan yang
kukuh diperlukan adanya kajian yang bersifat mendasar, sistematis dan universal
tentang ciri hakiki manusia.Potensi kemanusiaan merupakan benih kemungkinan
untuk menjadi manusia. Manusia memiliki ciri khas yang secara prinsipiil
berbeda dari hewan.Ciri khas manusia yang membedakannya dari hewan terbentuk
dari kumpulan terpadu dari apa yang disebut sifat hakikat manusia. Disebut
sifat hakikat manusia karena secara hakiki sifat tersebut hanya dimiliki oleh
manusia dan tidak terdapat pada hewan.
Oleh karena itu, sangat strategis jika
pembahasan tentang hakekat manusia ditempatkan pada seluruh pengkajian tentang
pendidikan, Bersifat normatif karena pendidikan mempunyai tugas untuk
menumbuhkembangkan sifat hakikat manusia tersebut sebagai sesuatu yang bernilai
luhur,dan hal itu menjadi keharusan. Manusia juaga merupakan suatu pribadi yang
selalu mencari tau tentang apa yang belum diketahuinya.
D.
Konsekuensi
Pendidikan Terhadap Manusia
Kosekuensi pendidikan terhadap manusia sangat luas, dapat
menghasilkan pribadi yang baik dan juga tidak baik, oleh sebab itu mengapa
kesuksesan seorang berpendidikan tergantung daari pribadinya sendiri. Salah
satu contoh hasil dari pendidikan manusia yaitu perkembangan Teknologi , Perkembangan teknologi terjadi karena
seseorang menggunakan akalnya dan akalnya untuk menyelesaikan setiap masalah
yang dihadapinya . Pada satu sisi, perkembangan dunia IPTEK yang demikian
mengagumkan itu memang telah membawa manfaat yang luar biasa bagi kemajuan
peradaban umat manusia.Ringkas kata kemajuan IPTEK yang telah kita capai
sekarang benar-benar telah diakui dan dirasakan memberikan banyak kemudahan dan
kenyamanan bagi kehidupan umat manusia.
Namun manusia tidak bisa pula menipu diri sendiri akan kenyataan
bahwa IPTEK mendatangkan malapetaka dan kesengsaraan bagi manusia. Contoh lain
yaitu yang saat ini sedang marak-maraknya sebagian para wakil-wakil kita (DPR)
yang berjalan tidak lagi mengikuti aturan, meskipun mereka tau tindakan mereka
salah. Mereka merupakan kader-kader yang sudah terlahir dari pendidikan yang
sudah tidak sesuai aturan dalam kinerjanya.
E.
Pengembangan
Dimensi Hakikat Manusia
Tingkat keutuhan perkembangan dimensi hakekat manusia ditentukan
oleh dua faktor,yaitu kualitas dimensi hakekat manusia itu sendiri secara
potensial dan kualitas pendidkan yang disediakan untuk memberikan pelayanan
atas perkembangannya.
Pengembangan dimensi hakekat manusia yang utuh diartikan sebagai pembinaan terpadu terhadap pembinaan dimensi hakekat manusia sehingga dapat tumbuh dan berkembang secara selaras.
Pengembangan dimensi hakekat manusia yang utuh diartikan sebagai pembinaan terpadu terhadap pembinaan dimensi hakekat manusia sehingga dapat tumbuh dan berkembang secara selaras.
Perkembangan yang dimaksud mencakup yang bersifat horizontal(yang
menciptakan keseimbangan)dan yang bersifat vertikal(yang mnciptakan ketinggian
martabat manusia).Dengan demikian secara totalitas membentuk manusia yang utuh.
Pengembangan yang tidak utuh terdapat dimensi hakekat manusia akan
terjadi didalam proses pengembangan ada unsur dimensi hakekat manusia yang
terabaikan untuk ditangani,misalnya dimensi kesosilaan didominasi oleh
pengembangan dimensi keindividualan ataupun domian afektif didominasi oleh
pengembangan domain kognitif. Pengembangan yang tidak utuh berakibat
terbentuknya kepribadian yang pincang dan tidak mantap.pengembangan yang
semacam ini merupakan pengembangan yang patologis.
mengapa manusia harus di didik dan memperoleh
pendidikan, karena:
-
Manusia
dilahirkan dalam keadaan tidak berdaya. Apakah ada manusia waktu baru lahir
sudah bisa makan sendiri, mandi sendiri bahkan bisa berlari :U
-
Manusia
lahir tidak langsung Dewasa. karena itu manusia butuh pendidikan agar manusia
tersebut bisa menjadi dewasa dan siap menjalani kelangsungan hidup yang penuh dengan tantangan.
-
Manusia
pada hakekatnya adalah makhluk sosial. Jangan pernah beranggapan kita bisa
melakukan sendiri, kita ini manusia yang lemah, ada beberapa hal yang tidak
bisa kita lakukan sendiri jadi kita butuh bantuan orang lain. Apakah jika kelak
anda ingin membangun rumah akan anda bangun sendiri, tentunya tidak kan, pasti
kita membutuhkan orang lain untuk mengerjakan apa yang kita inginkan itu.
2.
HUBUNGAN MANUSIA DENGAN PENDIDIKAN
Tidak dapat dipungkiri hubungan manusia dengan pendidikan
sangatlah erat, dalam arti luas dari pendidikan yaitu segala situasi hidup yang
mempengaruhi pertumbuhan individu sebagai pengalaman belajar yang
berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. Manusia bukan hanya
mempunyai kemampuan-kemampuan, tetapi juga mempunyai keterbatasan-keterbatasan,
dan juga tidak hanya mempunyai sifat-sifat yang baik, namun juga mempunyai
sifat-sifat yang kurang baik.Tampaklah bahwa manusia itu sangat membutuhkan
pendidikan.Karena melalui pendidikan manusia dapat mempunyai
kemampuan-kemampuan mengatur dan mengontrol serta menentukan dirinya sendiri.
3.
PENDIDIKAN SEJAK LAHIR HINGGA AKHIR HAYAT
Pendidikan adalah upaya
menuntun anak sejak lahir untuk mencapai kedewasaan jasmani dan rohani, dalam
interaksi alam beserta lingkungan sekitar tempat dimana dia berada.
Dalam pendidikan terdapat
tiga hal penting yaitu aspek kognitif (berpikir), aspek gerak ( psikomotorik )
dan aspek afektif (merasa). Sebagai ilustrasi, saat kita mempelajari sesuatu
maka di dalamnya tidak saja proses berpikir yang ambil bagian tapi juga ada
unsur-unsur yang berkaitan dengan mengekspresikan rasa suka tersebut, perasaan
seperti semangat, suka dan lain-lain.
Pendidikan secara umum bertujuan membantu manusia menemukan akan hakekat kemanusiaannya. Maksudnya, pendidikan harus mampu mewujudkan manusia seutuhnya. Pendidikan berfungsi melakukan proses penyadaran terhadap manusia untuk mampu mengenal, mengerti dan memahami relitas kehidupan yang ada di sekelilingnya. Dengan adanya pendidikan, diharapkan manusia mampu menyadari potensi yang ia miliki sebagi makhluk yang berfikir.Potensi yang dimaksud adalah potensi ruhaniyah (spiritual), nafsiyah (jiwa), aqliyah (pikiran) dan jasmaniyah (tubuh).Dengan melakukan proses berfikir manusia akan menemukan eksistensi kehadirannya sebagai makhluk yang telah diberi akal oleh Tuhan Yang Maha Esa.
Pendidikan secara umum bertujuan membantu manusia menemukan akan hakekat kemanusiaannya. Maksudnya, pendidikan harus mampu mewujudkan manusia seutuhnya. Pendidikan berfungsi melakukan proses penyadaran terhadap manusia untuk mampu mengenal, mengerti dan memahami relitas kehidupan yang ada di sekelilingnya. Dengan adanya pendidikan, diharapkan manusia mampu menyadari potensi yang ia miliki sebagi makhluk yang berfikir.Potensi yang dimaksud adalah potensi ruhaniyah (spiritual), nafsiyah (jiwa), aqliyah (pikiran) dan jasmaniyah (tubuh).Dengan melakukan proses berfikir manusia akan menemukan eksistensi kehadirannya sebagai makhluk yang telah diberi akal oleh Tuhan Yang Maha Esa.
Pendidikan merupakan proses
memanusiakan manusia baik dalam bentuk formal maupun informal. Pendidikan dalam
bentuk formal adalah pengajaran, yakni proses transfer pengetahuan atau usaha
mengembangkan dan mengeluarkan potensi intelektualitas dari dalam diri manusia.
Intelektualitas dan pengetahuan itupun belum sepenuhnya mewakili diri manusia.
Oleh karena itu, pendidikan bukan hanya sekedar transfer of knowledge atau
peralihan ilmu pengetahuan semata, akan tetapi dengan adanya pendidikan
diharapkan peserta didik mampu mengetahui dan memahami eksistensi dan potensi
yang mereka miliki.
Di sinilah akhir dari tujuan
pendidikan, yakni melakukan proses “humanisasi” (memanusiakan manusia) yang
berujung pada proses pembebasan. Hal ini berangkat dari asumsi bahwa manusia
dalam sistem dan struktur soiial mengalami dehumanisasi karena eksploitasi
kelas, dominasi gender maupun hegemoni budaya lain. Oleh karena itu, pendidikan
merupakan sarana untuk memproduksi kesadaran dalam mengembalikan kemanusiakan
manusia, dan dalam kaitan ini, pendidikan berperan untuk membangkitkan
kesadaran kritis sebagai prasyarat upaya untuk pembebasan.
Jadi yang dimaksudkan bahwa
pendidikan adalah proses memanusiakan manusia adalah pendidikan mengantarkan
peserta didik menuju kematangan dan kedewasaan rohani dan jasmani sehingga
peserta didik dapat menjadi manusia yang benar – benar sempurna ( manusia seutuhnya
) baik dari aspek kecerdasan, emosional, spiritual, sikap,dsb.
Seperti dipahami, tujuan pendidikan adalah bersumber dari tujuan hidup manusia demikian juga nilai menjadi pandangan hidup manusia.Namun dalam
hal ini disisi lain pendidikan menghasilkan kader yang baik dan juga
menghasilkan kader yang kurang baik, namun kesemuanya itu bergantung dari
setiap pribadi yang bersangkutan dan lingkungan dimana kader ini berpijak.
Asas perkembangan pendidikan menunjukkan bahwa pendidikan selalu
dalam keadaan berubah sesuai perkembangannya.Pendidikan merupakan cerminan dari
nilai-nilai kebudayaan yang berlaku sekarang, atau pada saat tertentu. Suatu
kenyataan bahwa konsep-konsep pendidikan dapat dipahami dari aktifitas
pendidikan atau institusi-institusi pendidikan. Kesejajaran perkembangan
pendidikan ini, mengharuskan adanya dua sifat yang harus dimiliki pendidikan
yaitu bersifat reflektif dan progresif.
Aktifitas pendidikan berlangsung baik secara formal maupun
informal.Baik pendidikan yang formal maupun informal memiliki kesamaan tujuan
yaitu sesuai dengan filsafat hidup dari masyarakat. Pengakuan akan pendidikan
sebagai gejala kebudayaan tidak membedakan adanya pendidikan formal, informal
dan formal, semuanya merupakan aktifitas pendidikan yang seharusnya memiliki
tujuan yang sama. Dari sisi lain dapat dinyatakan bahwa pendidikan bukan hanya
berlangsung di lingkungan sekolah saja, tetapi juga belangsung di lingkungan
keluarga dan masyarakat.
Mendasarkan pada uraian diatas maka pembahasan tentang hakikat
pendidikan merupakan tinjauan yang menyeluruh dari segi kehidupan manusia yang
menampakkan konsep-konsep pendidikan. Karena itu pembahasan hakikat pendidikan
meliputi pengertian-pengertian: pendidikan dan ilmu pendidikan; pendidikan dan
sekolah; dan pendidikan sebagai aktifitas sepanjang hayat. Komponen-komponen
pendidikan yang meliputi 1) Tujuan pendidikan, 2) Peserta didik, 3) Pendidik,
4) Interaksi sfektif antara peserta didik dengan pendidik, 5) Isi pendidikan,
6) Konteks yang mempengaruhi suasana pendidikan.