Kamis, 02 Januari 2014

Industri Gerabah Banyuning



HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Terbentuknya Industri Gerabah Banyuning
Industri gerabah berlokasi di Banyuning Tengah Gg. Masula-masuli karena daerah tersebut sangat cocok untuk tempat pembuatan gerabah, selain itu industri gerabah ini merupakan industri yang turun temurun. Pertama kali pendirian industri gerabah ini, dulunya tempat ini tidak padat pemukiman dan sangat jarang penduduknya sehingga industri tersebut dibangun untuk mengurangi polusi pada penduduk. Sehingga industri gerabah tersebut mendapat izin dari Kepala Desa maupun masyarakat sekitar untuk mendirikan industri.
Usaha gerabah Banyuning merupakan suatu usaha yang dijalankan oleh sebagian masyarakat Banyuning secara turun temurun baik secara pribadi maupun kelompok. Salah satu pengusaha gerabah Banyuning yaitu perkumpulan gerabah payuk kedas yang ada di lingkungan tengah Kelurahan Banyuning. Ketua dari usaha gerabah payuk kedas banyuning yaitu Bapak Ketut Mertha. Beliau mendirikan lokasi industri di Daerah Banyuning Tengah Gg, Masula-Masuli dengan pertimbangan polusi yang di hasilkan dari proses pembakaran gerabah, limbah yang ditimbulkan dan lokasi indutri yang dekat dengan pasar. Sebelum lokasi industri gerabah ini padat penduduk seperti saat ini, dahulunya daerah tersebut merupakan daerah yang jarang penduduknya. Selain itu, industri gerabah ini merupakan suatu industri turun temurun. Beliau mengatakan bahwa gerabah Banyuning yang dibuatnya merupakan hasil karya dari masyarakat Banyuning. Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan gerabah adalah tanah campuran dari tanah sawah, liat dan tanah biasa. Bahan baku ini didapatkan dari berbagai Desa di sekitar kelurahan banyuning seperti Desa Petandakan, Penglatan, Lumbanan, Padang Keling dan di Banyuning sendiri.


4.2 Cara pembuatan dan Proses Pendistribusian
Pembuatan gerabah banyuning seperti payuk kedas, pasepan, bonyoh, pengguligan, gentong, pulu dipasarakan di wilayah Kabupaten Buleleng bagian barata samapai dengan di Gilimanuk hingga ke Daerah Karangasem. Proses pembuatan gerabah di Banyuning dulunya hanya menggunakan tenaga manual untuk dapat menghaluskan tanah yaitu dengan metode pengayaan. Sehingga, hal ini mempengaruhi produktivitas produk (gerabah). Namun, seiring berjalannya waktu dan pesatnya perkembangan teknologi, Bapak Ketut Mertha ini menggunakan mesin penggilas tanah untuk mencampurkan semua bahan dasar ditambahkan air yang cukup sehingga tanah menjadi luket dan gampang diolah. Namun proses pembentukan gerabah tetap dengan cara manual. Penghasilan dari penjualan gerabah mencapai total hingga 18 juta per bulan dengan pembelian bahan baku sekitar 1 juta, upah buruh mencapai 4 juta dan ongkos transportasi mencapai 1 juta per bulan. Beda gerabah Banyuning dengan gerabah dari Daerah lain adalah hasil garapannya serta kedetailan dari gerabah tersebut. Selain itu, proses pembakaran dari gerabah tersebut masih menggunakan metode lama yaitu pembakaran secara tradisional dengan media sekam, jerami dan hasil dari serutan kayu. Kendala dari produksi pembuatan gerabah hanya satu yaitu masalah cuaca.
Karena dalam proses pembuatan gerabah ini menggunakan tenaga sinar matahari sebagai pengering agar gerabah tetap kuat dan tidak retak ketika dibakar. Jika musim penghujan tiba, maka secara tidak langsung menggurangi jumlah produksi dari gerabah karena kualitas gerabah yang dihasilkan tidak cukup baik. Hal itu terjadi akibat keretakan yang timbul di gerabah tersebut.
Dalam Penulisan kualitatif terdapat data yang berasal dari foto-foto yang diambil dari Penulisan.







 





Produksi dalam industri gerabah ini memakai sistim kelompok atau keluarga. Kebanyakan pekerja di ambil dari kalangan keluarga yang bersama-sama membangun industri gerabah tersebut. Namun pekerjanya juga bisa diambil dari masyarakat atau pun kalangan muda yang tidak memiliki pekerjaan. Bapak Ketut Mertha ini bersedia mengajarkan pada kalangan muda yang ingin mempelajari membuat gerabah. Dulu banyak masyarakat yang bekerja bukan sebagai industri gerabah, namun seiringnya waktu, mereka mulai menelateni industri tersebut dan mempelajarinya, hingga mereka bisa dan memasarkanya. Dalam industri gerabah di rumah Bapak Ketut Mertha ini mempunyai 10 pekerja yang kebanyakan dari keluaga sendiri. Industri gerabah dengan sistim kelompok ini dirasa lebih efektif, karena kebanyakan pekerjanya keluaraga yang bersama-sama mengelola industri gerabah agar industri tersebut dapat lebih maju. Kerajinan gerabah di Desa Banyuning ada 5 tempat, Bapak Ketut Mertha menjual hasil produktivitas gerabahnya kemasyarakat terdekat. Masyarakat sekitar membeli gerabah tersebut dan mendistribusikannya ke pasar-pasar serta dijual dirumah mereka. Karena, penjualan gerabah ini tidak dilakukan secara langsung dalam arti menjualnya eceran dan tidak mempunyai tempat khusus yang untuk menjual seperti toko. Adanya industri gerabah dari Bapak Ketut Mertha ini sejak tahun 1990 dan mendapat bantuan dari pemerintah berupa mesin untuk menggiling, mencampur, dan menghaluskan tanah agar tanah luket dan dapat dibentuk. Sehingga hal tersebut tentunya membuat produktivitas gerabah tidak bisa maksimal.
4.3 Pengaruh Lokasi Industri Gerabah Banyuning
Pengaruh lokasi bagi sebuah industri sangatlah berpengaruh dan menentukan berjalanya industri yang akan didirikan. Sebuah industri yang akan didirikan tentunya akan memikirkan lokasi yang tepat jika hendak akan mendirikan sebuah industi. Lokasi Industri Gerabah berada di Banyuning dikarenakan dulunya Banyuning ini merupakan lahan persawahan yang sangat luas sehingga bahan utama pembuatan gerabah yaitu tanah  sangat mudah didapatkan. Sehingga dengan pernyataan diatas, jelas bahwa lokasi sebuah industri sangat berpengaruh dan menentukan akan industri dan produktifitas gerabah.
4.4 Dampak dari Adanya Industri Gerabah
Pengaruh industri terhadap lingkungan dan masyarakat yang ada di Banyuning Tengah Gg. Masula-masuli, yaitu sangat positif, dengan adanya industri gerabah yang ada di Banyuning dapat menyerap tenaga kerja, khusunya masyarakat yang belum memiliki pekerjaan atau sedang membutuhkan pekerjaan. Industri tersebut dapat mengurangi pengangguran yanga ada. Sehingga masyarakat tidak menganggur dan pekerjaan. Industri gerabah di Desa Banyuning juga mendaapat izin dari Kepala Desa dan masyarakat yang ada di Desa Banyuning. Keberedaan industi tersebut tidak dianggap meresahkan oleh masyarakat. Dengan terserapnya tenaga kerja oleh masyarakat sekitar industri akan meningkatkan pendapat masyarakat. Selain itu dengan adanya industri di Desa Banyuning akan membuat daerah tersebut terkenal dengan hasil industrinya gerabah dan hal ini akan menarik pelanggan atau pengunjung maupun wisatawan asing yang ingin berkunjung ke Banyuning. Tentunya nantinya daerah Banyuning akan maju perekonomiannya.
Memang dalam mengolah suatu produk atau mendirikan industri harus dipikirkan limbah yang mungkin akan dihasilkan dalam sebuah pabrik. Di industri gerabah milik Bapak Ketut Mertha ini limbah industri yang dihasilkan diolah kembali agar tidak menumpuk dan mencemari lingkungan yang ada. Selain itu dengan mengolahnya kembali juga mendatangkan rejeki tersendiri untuk Bapak Ketut Mertha. Abu sisa dari pembakaran gerabah, dapat dimanfaatkan oleh petani yang menanam tanaman palawija. Hal itu digunakan sebagai penutup biji yang meeka tanam. Hal itu dilakukan agar tidak padat, dan ada ruang untuk biji tersebut tumbuh. Abu dari sisa pembakaran juga bisa dipakai untuk keperluan lain seperti dalam industri pembuatan telor asin, yang cara pengolahanya dicampur dengan sekam. Dari sisa gerabah yang apabila pecah, dapat didaur ulang dan dibuat kembali. Sehingga dapat menguntungkan pemilik industri. Karena limbah dari industri gerabah ini sudah diantisipasi dan dipikirkan agar tidak merugikan masyarakat, sehingga industri gerabah yang ada Banyuning mendapat izin dari kepala Desa maupun masyarakat sekitar. Dan memajukan daerah sekitar Banyuning.
4.5 Faktor yang mempengaruhi Produktivitas industri gerabah
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi Produktivitas industri gerabah adalah sebagai berikut :
1)      Cuaca
Cuaca sangatlah mempengaruhi produktivitas industri gerabah. Karena dalam proses pengeringan sebelum pembakaran gerabah ini memerlukan cahaya dari matahari agar gerabah tersebut kuat dan tidak retak ketika proses pembakaran. Jika intensitas cahaya tidak stabil lebih tepatnya pada saat musim penghujan akan menghambat proses pngeringan. Menurut data yang kami peroleh, gerabah kecil yang biasanya memerlukan 1 hari dalam proses penjemuran, pada saat musim hujan mengalami keterlambatan hingga 3 hari. Sehingga itu dapat mengurangi produktivitas dari gerabah tersebut.
2)      Permintaan
Permintaan pasar juga mempengaruhi produktivitas gerabah ini. Karena jika permintaan berkurang, tentunya pembuatan gerabahnyapun akan di kurangi dan menyesuaikan dengan permintaan dari konsumen.
3)      Tingkat Kebutuhan Masyarakat
Tingkat kebutuhan masyarakat terhadap gerabah yang mempunyai berbagai fungsi juga mempengaruhi terhadap produktivitasnya serta keberlangsungan industri gerabah ini. Contohnya di Bali. Gerabah sering digunakan untuk acara – acara adat maupun keagamaan. Sehingga, otomatis masyarakat Bali yang beragama Hindu mempunyai kebutuhan yang tinggi dan bersifat konsumtif.

4)      Gaya Hidup Masyarakat
Gaya hidup masyarakat yang modern pada era saat ini yang cenderung menggunakan segala barang yang lebih canggih dan lebih praktis mempengaruhi berkurangnya peminat dan produktivitas gerabah ini. Karena sebagian besar dari mereka lebih memilih barang-barang yang lebih cantik, praktis dan mempunyai keunggulan tersendiri. Sehingga, tidak menutup kemungkinan 20 tahun kedepan ataupun beberapa tahun kedepan industri gerabah ini akan menghilang jika semua masyarakat mempunyai gaya hidup yang sama.
4.6 Klasifikasi Industri Gerabah
Jika di klasifikasikan berdasarkan bahan baku, industri gerabah merupakan Industri ekstraktif, yaitu industri yang bahan bakunya diperoleh langsung dari alam. Misalnya: industri hasil pertanian, industri hasil perikanan, dan industri perhutanan dan termasuk juga industri gerabah.
Industri gerabah ini termasuk industri kecil jika diklasifikasikan berdasarkan jumlah tenaga kerja. Karena jumlah tenaga kerja dibawah pimpinan Bapak Ketut Mertha berjumlah 10 orang. Pasalnya, industri kecil ini merupakan industri yang jumlah tenaga kerjanya yang tenaga kerjanya berjumlah sekitar 5-19 orang, Ciri industri kecil adalah memiliki modal yang relative kecil, tenaga kerjanya berasal dari lingkungan sekitar atau masih ada hubungan saudara. Misalnya: industri genteng, industri batubata, dan industri pengolahan rotan.
Industri gerabah ini termasuk Industri primer jika diklasifikasikan berdasarkan hasil industri, karena industri gerabah ini yang menghasilkan barang atau benda yang tidak perlu pengolahan lebih lanjut. Barang atau benda yang dihasilkan tersebut dapat dinikmati atau digunakan secara langsung.
Berdasarkan barang yang dihasilkan, industri gerabah ini dikelompokkan dalam industri berat, karena industri yang dihasilkan merupakan alat-alat yang berat.
Berdasarkan modal yang digunakan, industri gerabah ini diklasifikasikan menjadi Industri dengan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), yaitu industri yang memperoleh dukungan modal dari pemerintah atau pengusaha nasional (dalam negeri). Karena Bapak Ketut Mertha memperoleh bantuan berupa 1 mesin penggiling dari pemerintah. Sehingga, dalam pemroduksiannya lebih cepat.
Berdasarkan subjek pengelolanya, industri gerabah ini diklasifikasikan menjadi industri rakyat. Karena industri yang dikelola merupakan milik sendiri. Menurut beliau, industri gerabah ini merupakan industri turun temurun yang diwariskan dari keluarga mereka.
Industri gerabah ini tergolong industri pedesaan. Karena industri gerabah ini mengolah hasil-hasil pertanian atau hasil bumi. Industri merupakan industri mikro atau perusahaan kecil.

Tumbuhan Menurut Syarat Tumbuh



Tumbuhan Menurut Syarat Tumbuh
No
Nama Tumbuhan
Syarat tumbuh
Topografi
Tanah
Iklim
Klasifikasi tempat tumbuh
1
Jati
Ketinggian 800 dari permukaan laut
Tanah yang sesuai adalah yang agak basa, dengan pH antara 6-8, sarang (memiliki aerasi yang baik), mengandung cukup banyak kapur (Ca, calcium) dan fosfor (P), tanah dengan  tekstur lempung, lempung berpasir atau liat berpasir
Tropis
 dataran rendah maupun dataran tinggi
2
Jambu
ketinggian antara 5-1200 m dari permukaan laut
Derajat keasaman tanah (pH) tdk terlalu jauh berbeda dengan tanaman lainnya, yaitu antara 4,5-8,2
Junghun
Dataran tinggi
3
Teh
ketinggian 400 – 800 m dari permukaan laut

tanah yang subur, banyak mengandung bahan organik, tidak terdapat cadas dengan derajat keasaman 4,5 – 5,6.

 Tropis
Dataran tinggi  pegunungan
4
Jeruk
 Ketinggian 1.400 m dari permukaan laut
Tanah berpasir dengan ph keasaman 5,5- 6
Tropis
Dataran rendah hingga dataran tinggi
5
Pisang
ketinggian 2.000 m dari permukaan laut
Pisang dapat tumbuh di tanah yang kaya humus, mengandung kapur atau tanah berat
tropis
dataran rendah sampai pegunungan
6
Mangga
ketinggian 0-500 m diatas permukaan laut
Tanah yang baik untuk mangga adalah gembur mengandung pasir dan lempung dalam jumlah yang seimbang.
Derajat keasaman tanah (pH tanah) yang cocok adalah 5.5-7.5
Tropis
dataran rendah dan menengah
7
Durian
Ketinggian < dari 800 m diatas permukaan laut
Tanah yang memiliki ciri-ciri warna hitam keabu-abuan kelam, struktur tanah lapisan atas berbutir-butir, sedangkan bagian bawah bergumpal dan mempunyai kemampuan yang tinggi untuk mengikat air.
Derajat keasaman tanah yang dikehendaki tanaman durian adalah (pH) 5-7, dengan pH optimum 6-6,5.
Tropis
dataran rendah dan menengah
8
Rambutan
Ketinggian antara 30-500 meter di atas permukaan laut
tanah yang gembur, subur, dan sedikit berpasir. Walaupun sebenarnya rambutan dapat hidup dalam segala jenis tanah, namun pada jenis tanah seperti tersebut di atas, rambutan dapat memberikan hasil yang optimal. Tingkat derajat keasaman (pH) tanah adalah sekitar 6,67
Tropis
Dataran menengah
9
Stroberi
1.000-1.500 meter diatas permukaan laut
 tanah yg dibutuhkan adalah tanah liat berpasir, subur, gembur, mengandung banyak bahan organik, tata air & udara baik.
Derajat keasaman tanah (pH tanah) yg ideal utk stroberi adalah 5.4-7.0,
Junghun
Dataran tinggi
10
Anggur
Ketinggian sekitar 800 dari permukaan laut
tekstur dan
struktur tanah lempung berpasir/
sarang dengan kandungan lempung 30-50%, pasir 30-50%, dan liat 7- 12%. Tanah memiliki drainase dan aerasi baik, pH 5,5-7,3, kandungan
C-organik ≥ 2%
iklim E (Schmidt dan
Ferguson) dengan sekurangkurangnya 3-4 bulan  kering/tahun
(iklim kering).
daerah dataran rendah