KATA PENGANTAR
Om
Swastyastu,
Puja dan puji syukur
dipanjatkan kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa. Karena
atas berkat rahmatnyalah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Faktor Manusia dan Modal dalam Pertanian
tepat pada waktunya. Makalah ini disusun sebagai tugas dalam mata perkuliahan Geografi Pertanian.
Di dalam makalah ini
ada beberapa materi yang menyajikan tentang faktor yang mempengaruhi pertanian
dan modal apa saja yang diperlukan dalam pertanian.
Diharapkan, semoga
makalah ini bisa memberi manfaat dan informasi yang menunjang untuk kelancaran
perkuliahan.
Om Santih
Santih Santih Om.
Singaraja,
8 September 2014
Penulis
DAFTAR
ISI
Bab 1 Pendahuluan........................................................................................ 1
1.1 Latar
Belakang......................................................................................... 2
1.2 Rumusan
Masalah.................................................................................... 3
1.3 Tujuan...................................................................................................... 4
1.4 Manfaat.................................................................................................... 5
1.4.1 Secara
teoritis................................................................................ 6
1.4.2 Secara
praktis................................................................................ 7
Bab 2 Isi dan
Pembahasan............................................................................. 8
2.1 Zdfsaf..................................................................................................... 9
2.2 Sfsfsf...................................................................................................... 10
Bab 3 Penutup............................................................................................... 11
3.1 Kesimpulan............................................................................................. 12
3.2 Saran....................................................................................................... 13
Daftar Pustaka............................................................................................... 14
BAB
1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Geografi Pertanian merupakan cabang dari studi geografi, dimana dalam geografi mempelajari
tentang persamaan dan perbedaan fenomena
geosfer dengan sudut pandang kelingkungan dan kewilayahan dalam konteks
keruangan. Pertanian merupakan fenomena geosfer. Sebagai suatu fenomena
(gejala), pertanian terbentuknya karena adanya proses interaksi antara kelompok
elemen fisik (seperti tanah, air, iklim, tumbuhan, binatang) dan kelompok
elemen manusia. Jadi dapat disimpulkan Geografi Pertanian adalah studi geografi
yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena pertanian di permukaan bumi
dengan menggunakan pendekatan kelingkungan, kewilayahan dalam konteks
keruangan.
Geografi
pertanian dapat mendukung kemajuan dan keberhasilan dalam kegiatan bertani
dengan melihat faktor manusia dan modal dalam pertanian. Dengan melihat faktor yang dapat mempengaruhi
pertanian, diharapkan mampu mengurangi resiko gagalnya produktivitas dan dapat
meminimalisir modal yang dikeluarkan dalam bidang pertanian. Maka dari itu,
penulis membuat makalah yang berjudul Faktor
Manusia dan Modal dalam Pertanian geografi pertanian harus dikuasai untuk
mencapai keberhasilan dalam bidang pertanian.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1
Bagaimana kedudukan dan peranan petani
dalam proses produksi pertanian ?
1.2.2
Bagaimana potensi dan produktivitas
kerja usaha tani ?
1.2.3
Bagaimana kedudukan dan peranan modal
dalam pertanian ?
1.3 Tujuan
1.3.1
Untuk memahami kedudukan dan peranan
petani dalam proses produksi pertanian
1.3.2
Untuk memahami potensi dan produktivitas
kerja usaha tani
1.3.3
Untuk memahami kedudukan dan peranan
modal dalam pertanian
1.4 Manfaat
1.4.1
Secara Teoritis
Diharapkan memberikan pengetahuan lebih
terhadap faktor dan modal yang mempengaruhi pertanian, dan untuk dapat memahami
konsep yang telah diberikan selama perkuliahan di kampus.
1.4.2
Secara Praktis
Sesuai
dengan pengetahuan yang telah diperoleh, mahasiswa lebih mengetahui
perkembangan pertanian.
BAB
2
ISI
DAN PEMBAHASAN
2.1 Kedudukan dan Peranan Petani dalam
Proses Produksi Pertanian
Dalam
hubungan dengan proses produksi pertanian ada dua kedudukan dan peranan penting
petani yaitu sebagai penyedia tenaga kerja/labor
dan petani sebagai pengelola/manager.
ü Petani
sebagai (Labor)
Menurut
Mosher kedudukan dan peranan petani sebagai labor
sangat terlihat pada usaha pertanian skala kecil/pertanian rakyat, sedangkan
pada pertanian skala besar sumber tenaga kerja dominan berasal dari
mesin-mesin. Dalam pertanian skala kecil sebagian besar tenaga kerja berasal
dari keluarga petani yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak mereka. Misalya
anak-anak berumur 12 tahun sudah dapat berperan sebagai tenaga kerja yang
produktif bagi usahatani (bukan berarti orang tua memberikan ijin untuk anak umur
12 tahun ikut bekerja). Selain dari keluarga, sumber tenaga juga berasal
dari tetangga-tetangganya. Sumber
lainnya adalah dengan menggunakan tenga kerja upahan. Tenaga kerja yang
terakhir ini banyak dijumpai pada pertanian rakyat yang telah mengalami proses
komersialisasi pertanian (tidak dinilai dengan uang/biaya). Tenaga kerja
tersebut tidak pernah dinilai dengan uang/ biaya sehingga dapat menekan ongkos
tenaga kerja dalam bentuk upah uang misalnya tenaga kerja tidak menginginkan
uang namun ia meminta hasil pertanian seperti beras.
Untuk
pertanian pertanaman, kebutuhan tenaga kerja petani sangat diperlukan dalam hal
ini.
- Persiapan tanaman (memilih bibit),
- Pengadaan sarana produksi pertanian (bibit, pupuk, obat-obatan, alat-alat pertanian),
- Penanaman bibit,
- Pemeliharaan yang mencakup penyiraman, pemangkasan, pemupukan, pengobatan, pengaturan dan pemeliharaan air (irigasi),
- Panen (memperoleh hasil) dan pengangkutan hasil,
- Penyimpanan dan penjualan.
Dalam
usaha ternak, kebutuhan tenaga kerja petani diperlukan adalah dalam hal:
- Pembuatan kandang,
- Pemeliharaan yang mencakup pengobatan, perbaikan kandang, dan pemberian makanan,
- Panen dan penjualan.
ü Petani
sebagai Manager
Petani
sebagai manager berkaitan dengan kemampuan untuk mengelola yaitu kemampuan
petani mengorganisasikan (mengatur), meng-koordinasikan dan mengambil
keputusan-keputusan tentang penggunaan faktor-faktor produksi sesuai dengan
yang diharapkan. Jika di dalam kedudukan dan peranan sebagai tenaga kerja lebih
banyak petani mengandalkan kemampuan fisik seperti tangan, otot, dan mata, maka
sebagai manager akan sangat ditentukan oleh kemampuan otak (akal budi) dan
motivasi untuk mengelola usahatani. Di dalam pertanian rakyat yang subsistem,
kedudukan dan peran sebagai tenaga kerja dan manager dirangkap oleh seorang
petani, tetapi di dalam pertanian skala besar yang modern, kedua kedudukan dan
peran tersebut tidak akan mampu dirangkap oleh petani. Kedudukan dan peran
sebagai tenaga kerja harus dilepaskan dan ia memusatkan diri pada peran sebagai
manager usahatani. Bahkan ada kemungkinan ia memusatkan untuk mengangkat
seorang manager yang kompeten (memiliki kemampuan). Manager ini dapat secara
penuh memimpin usahatani dengan gaji tertentu dan bertanggungjawab kepada
petani pemilik usahatani.
Di
atas telah dikemukakan bahwa sebagai manager, petani harus memiliki keahlian
dan keterampilan dalam mengorganisasikan, mengkoordinasikan, dan mengambil
keputusan-keputusan dari pilihan-pilihan yang ada. Contoh-contoh kegiatan
petani sebagai manager, antara lain :
1.
Memutuskan jenis tanaman yang akan
ditanam pada setiap bidang tanah.
2.
Menetapkan jenis ternak yang akan
dipelihara.
3.
Memutuskan cara mengerjakan tanah,
membagi waktu kerja dari beragam kegiatan yang ada.
4.
Memutuskan penggunaan pupuk,
obat-obatan, dalam jumlah dan teknik untuk memperolehnya.
5.
Mengambil keputusan tenaga kerja dan
modal yang akan digunakan.
6.
Mengambil keputusan cara memanen, waktu
panen, dan pemasaran hasil.
Untuk
menjadi manager usahatani yang profesional, paling tidak harus menguasai dan
memahami prinsip teknik dan prinsip ekonomis. Penguasaan dan pemahaman prinsip
teknik antara lain mencakup potensi dan prospek cabang usaha yang diputuskan,
perkembangan teknologi, tingkat teknologi yang dimiliki, teknik bercocok tanam.
Prinsip ekonomis meliputi aspek-aspek seperti perkembangan harga, pemasaran
hasil, analisis biaya, penggolongan, modal dan pendapatan, wawasan pengetahuan
dan keterampilan kewirausahaan.
Kemampuan
untuk menguasai dan memahami bahkan menerapkan prinsip-prinsip tersebut di atas
dipengaruhi oleh faktor-faktor :
1.
Tersedianya modal. Makin besar modal
akan lebih mudah mengorganisir, mengkoordinasikan, mengambil keputusan dan
mengalokasikan sumberdaya pertanian.
2.
Status petani, dimana petani pemilik
umumnya lebih banyak dibandingkan petani penggarap.
3.
Umur. Petani yang makin tua,
pertimbangan dan pengambilan keputusan relatif lama dan menjadi kelompok
penolak inovasi dibandingkan dengan petani muda yang inovatif, responsive dan
motivator.
4.
Lingkungan sosial misalnya petani yang
bestatus sosial tinggi akan relatif mudah menarik faktor sumberdaya yang tidak
dikuasai.
5.
Pendidikan dan pengalaman, makin tinggi
hal ini cenderung makin cermat menghitung kemungkinan resiko yang akan dihadapi.
6.
Aksebilitas atau lokasi relatif
usahatani. Makin tinggi tingkat keterjangkauan lokasi usahatani akan lebih
cepat terjadinya pembaruan-pembaruan di dalam usahatani.
2.2 Potensi dan Produktivitas Kerja
Usahatani
ü Potensi
tenaga kerja usahatani
Tenaga
kerja dalam pertanian tidak hanya dapat bersumber dapr petani itu sendiri, akan
tetapi juga dapat bersumber dari luar petani. Oleh karena itu, dilihat dari
sumbernya, tenaga kerja dalam pertanian digolongkan menjadi tenaga kerja
manusia, tenga kerja ternak, dan tenga kerja mekanik.
Tenaga
kerja manusia dapat dibedakan antara tenaga kerja pria, wanita dan anak-anak.
Tenaga kerja pria umumnya dapat mengerjakan semua jenis pekerjaan tertentu
seperti menanam, memelihara, dan memanen, sedangkan tenaga kerja anak-anak
umumnya membantu pekerjaan pria dan wanita dewasa. Faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi kemapuan tenaga kerja manusia, yaitu
1. Umur
2. Jenis
kelamin
3. Keterampilan
4. Pengalaman
5. Pendidikan
6. Tingkat
kecukupan hidup (ekonomi)
7. Tingkat
kesehatan
8. Faktor
alam seperti iklim dan kondisi tanah pertanian
Tenaga
kerja ternak yang penting adalah sapi, kerbau, unta dan kuda. Tenaga kerja
ternak ini biasanya berfungsi dalam mengolah tanah dan untuk angkutan. Tenaga
kerja mekanik bersumber dari alat-alat mekanik seperti traktor dan mesin
semprot. Tenaga kerja yang terakhir ini bersifat subsitusi tenaga kerja manusia
dan ternak pada pertanian tradisional, tetapi menjadi sumber tenaga kerja utama
pada pertanian modern.
Potensi
kerja adalah jumlah hari atau jam potensial yang tersedia dalam suatu keluaraha
petani dalam setahun. Informasi potensi tenga kerja penting bagi petani, karena
akan berguna dalam menentukan pilihan alternatif untuk mengolah usahataninya,
khususnya yang menyangkut tenaga kerja. Potensi tenaga kerja dapat dihitung
dengan cara mengalikan jumlah tenaga kerja yang tersedia dalam keluarga petani
dengan potensi curahan hari kerja dalam setahun. Para ahli menetapkan standar
potensi curahan kerja bagi seorang pria sebesar 300 Hari Kerja (HK), wanita 220
HK, dan anak-anak 140 HK. Sebagai contoh diilustrasikan dalam keluarga petani A
tersedia 1 orang tenaga kerja pria, 2 orang tenaga kerja wanita, 4 orang tenaga
kerja anak-anak. Maka potensi tenaga kerja keluarga petani A, menjadi :
Tenaga pria = 300 HK x 1 = 300 HK
Tenaga wanita = 220 HK x 2 =
440 HK
Tenaga anak-anak = 140 HK x 4 =
560 HK +
=
Total = 1300 HK
Potensi tenaga kerja bisa juga dihitung
dengan satuan jam kerja. Biasanya untuk 1 hari diperhitungkan 7 jam kerja.
Disamping tenaga kerja potensial dikenal
juga tenaga kerja aktual (riil), yaitu jumlah hari atau jam kerja yang
benar-benar dicurahkan dalam setahun. Misalnya si A seorang petani pria
memiliki potensi tenaga kerja 2100 jam dalam setahun. Kenyaataanya ia bekerja
riil dalam setahunnya 1500jam. Ini berarti pemanfaatan tenaga kerja si A baru
mencapai 71,42% dari potensi yang dimiliki.
Diatas telah dikemukakan bahwa tenaga
kerja usahatani tidak saja bersumber dari tenaga kerja manusia, tetapi juga
dari ternak dan mekanik. Dari sini kemudian para ahli membuat konversi tenaga
kerja, yaitu menyetarakan semua jenis tenaga kerja ke dalam tenaga kerja pria
sebagai ukuran baku. Konversi yang berlaku adalah :
1 pria =
1 hari kerja pria
1 wanita =
0,7 hari kerja pria
1 ternak =
2 hari kerja pria
1 anak =
0,5 hari kerja pria
ü Produktivitas
Tenaga Kerja Usahatani
Produktivitas
dapat memberi gambaran mengenai efisiensi suatu usaha. Makin tinggi
produktivitas maka makin tinggi pula efisiensi dari usaha tersebut. Usahatani
yang efisien adalah usahatani yang produktif yakni usahatani yang
produktivitasnya tinggi. Produktivitas mengandung dua pengertian. Pertama,
produktivitas teknis adalah proses memadukan faktor-faktor produksi pada
tingkat teknologi tertentu. Jadi, merupakan perkalian antara usaha dengan
kapasitas tanah. Kedua, produktivitas ekonomis adalah proses menimbulkan atau
memperbesar guna yang ada dari suatu pekerjaan. Dalam pengertian ekonomis maka
letak atau jarak usahatani dari pasar penting sekali artinya, kalau usahatani
mempunyai produktivitas ekonominya lebih besar.
International Labour Office
(ILO) merumuskan produktivitas sebagai perbandingan antara apa yang dihasilkan
atau output dengan apa yang dimasukkan atau input. Produktivitas tenaga kerja
yang tinggi akan menunjukkan penekanan faktor produksi yang efisien shingga
akan menghasilkan efisiensi usahatani yang tinggi pula.
Suatu
ukuran yang umum untuk mengukur tenaga kerja usahatani adalah :
1. Jumlah
jam dan hasil kerja total. Ukuran ini mengandung seluruh pencurahan kerja dari
sejak persiapan sampai panen. Dapat juga menggunakan inventarisasi jam kerja (1
hari = 7 jam kerja) lalu dijadikan hari kerja total (HK Total) apabila terdiri
dari beberapa cabang usaha maka dihitung dengan menjumlahkan setiap cabang
usaha yang diusahakan
2. Jumlah
setara pria ( Men Equivalen), yaitu
jumlah kerja yang dicurahkan untuk seluruh proses produksi diukur dengan ukuran
hari kerja pria. Ini berarti harus menggunakan konversi sebagaimana yang telah
dikemukakan terdahulu.
2.3
Kedudukan dan Peranan Modal dalam Pertanian
Dalam
pengertian ekonomi, modal adalah barang atau uang bersama-sama dengan faktor
produksi lain seperti tenaga kerja dan pengelolaan menghasilkan barang-barang
baru, yaitu produksi pertanian. Dalam pengertian operasional di lapangan, modal
dalam bentuk uang tunai mempunyai kedudukan dan peranan yang sangat penting
dalam proses produksi usahatani. Kedudukan dan peranan modal uang semakin
penting artinya sejalan dengan perkembangan ekonomi masyarakat yang menggunakan
uang sebagai alat tukar barang dan jasa. Walaupun kontasi modal itu lebih dekat
dengan modal uang, namun dalam usahatani yang tercakup modal adalah tanah
pertanian, bangunan-bangunan (gudang, kandang, pabrik, dan lain-lain), tanaman,
ternak dan ikan di kolam, bahan-bahan pertanian (pupuk, bibit, obat-obatan),
piutang di bank, dan uang tunai.
Atas
dasar sifatnya. Modal dibedakan menjadi dua. Pertama, modal tetap yaitu modal
yang tidak habis pada sutu periode produksi, seperti misalnya alat-alat dan
tanah pertanian. Modal ini memerlukan pemeliharaan agar dapat berdaya guna
dalam jangka waktu yang lama, karena dapat mengalami penyusutan. Kedua, modal
tidak tetap meliputi bahan-bahan, uang tunai, piutang di bank, tanaman, ternak,
dan ikan di kolam. Jenis modal ini dapat habis atau dianggap habis dalam satu
periode proses produksi.
Besarnya
modal tidak tetap umumnya menjadi indikator kemajuan usahatani. Usahatani yang
dominan menguntungkan kegiatannya pada modal tetap seperti tanah pertanian akan
sulit mengalami perkembangan, terlebih lagi jika modal tanah yang dimiliki atau
dikuasai luasnya sempit. Keadaan yang demikian ini dialami oleh mayoritas
petani Indonesia. dari segi pemilikan luast tanah garapan, petani di Indonesia
sebagian besar berstatus petani kecil dan petani sedang, dengan luas garapan dibawah
1 hektar. Hasil sensus pertanian 1983 golongan petani tersebut tercatat 63,1%.
Disamping luas lahan garapan rata-rata sempit, terbatasnya modal yang dimiliki
merupakan faktor kendala utama dalam usaha mengembangkan pertanian di
Indonesia.
Keterbatasan-keterbatasan
tersebut menyebabkan lemahnya kemampuan petani dalam upaya melakukan
pembentukan modal (capital formation).
Pembentukan modal ini menjadi keharusan untuk ditumbuhkan di kalangan petani.
Sumber-sumber pembentukan modal dapat ditempuh melalui :
- Modal milik sendiri.
- Pinjaman atau kredit : kredit bank, pelepas uang (rentenir), tetangga. Family.
- Hadiah warisan.
- Kontrak/ sewa dan gadai.
- Usaha lainnya.
Berbeda
wujudnya, modal dapt juga dibedakan menjadi dua jenis, yaitu modal
materiil/fisik yang kasat mata wujudnya dan modal unmateriil yang berupa
keahlian yang tidak tampak nyata wujudnya. Modal unmateriil ini disebut juga
modal manusiawi (human capital).
Modal ini menduduki posisi yang sangat strategis dalam upaya meningkatkan
kualitas sumberdaya manusia khususnya petani. Peningkatan keterampilan dan
kecakapan petani dalam mengelola usahataninya, cara-cara berproduksi dan
penyebaran inovasi-inovasi pertanian melalui pendidikan dan penyuluhan
merupakan investasi penting untuk menghasilkan modal manusiawi yang
berkualitas.
Bab 3
Penutup
3.1
Kesimpulan
Dalam
hubungan dengan proses produksi pertanian ada dua kedudukan dan peranan penting
petani yaitu sebagai penyedia tenaga kerja/labor dan petani sebagai pengelola/manage.
Tenaga
kerja dalam pertanian tidak hanya dapat bersumber dapr petani itu sendiri, akan
tetapi juga dapat bersumber dari luar petani. Oleh karena itu, dilihat dari
sumbernya, tenaga kerja dalam pertanian digolongkan menjadi tenaga kerja
manusia, tenga kerja ternak, dan tenga kerja mekanik. Tenaga kerja dalam
pertanian tidak hanya dapat bersumber dapr petani itu sendiri, akan tetapi juga
dapat bersumber dari luar petani. Oleh karena itu, dilihat dari sumbernya,
tenaga kerja dalam pertanian digolongkan menjadi tenaga kerja manusia, tenga
kerja ternak, dan tenga kerja mekanik.
Dalam
pengertian ekonomi, modal adalah barang atau uang bersama-sama dengan faktor
produksi lain seperti tenaga kerja dan pengelolaan menghasilkan barang-barang
baru, yaitu produksi pertanian. Dalam pengertian operasional di lapangan, modal
dalam bentuk uang tunai mempunyai kedudukan dan peranan yang sangat penting
dalam proses produksi usahatani. Kedudukan dan peranan modal uang semakin
penting artinya sejalan dengan perkembangan ekonomi masyarakat yang menggunakan
uang sebagai alat tukar barang dan jasa.
3.2
Saran
Diharapkan
user dapat menggunakan untuk
keperluan pengolahan bidang pertanian.
Daftar
Pustaka
Sriartha,
MS Drs I Putu. 2000. Buku Ajar Pengantar
Geografi Pertanian. STKIP, Singaraja.