Kamis, 17 Oktober 2013

Mengapa orang hindu tidak boleh tidur menghadap ke selatan



Mengapa orang hindu tidak boleh tidur menghadap ke selatan

Mengapa bagi umat Hindu posisi tidur kepala tidak boleh (tdk disarankan) menghadap selatan dan Barat?
Ada suatu pertanyaan yang membuat kita kadang-kadang bingung akan Mitos tersebut terutama bagi umat Hindu yang Muda maupun anak-anak dan ketika balik mempertanyakannya kepada orang tua malah tidak bisa memberikan jawaban yang memuaskan alias Memang Sudah Begitu. Sepatutnya lah sebenarnya kita memberikan penjelasan yang masuk logika dan yang sesuai dgn kaidah kaidah Hindu. Maka dari itu saya berusaha menampilkannya disini sebagai tambahan wawasan bagi generasi Hindu dimana pun berada. Jadi inilah pertanyaan tersebut: 

Mengapa bagi umat Hindu posisi tidur kepala tidak boleh (tdk disarankan) menghadap selatan dan Barat? Sampai saat ini saya tetap mempercayainya.

Pertanyaan diatas itu saya ambil dari suatu tread status forum Hindu yang ada di facebook yang memang merupakan tempat berkumpulnya teman teman dan sodara sodara Hindu dalam membahas suatu permasalahan selain itu sebagai wadah peningkatan wawasan umat Hindu terutama bagi generasi Mudanya.

Jawaban dari pertanyaan tersebut juga saya ambil dari salah satu Koment yang menurut saya sangat tepat dan mendekati dengan konsep Hindu di Bali. ma'af ,saya tidak sebutkan indentitas pemilik koment tsb.inilah salah satu koment tsb :  

Maaf, tiang memberi masukan sedikit tentang pokok pertanyaan teman di atas. Yaitu mslh tdr kepala di timur dan di utara. Begini, pada dasarnya, umat hindu sangat mensucikan 9 penjuru arah mata angin. DEWATA NAWA SANGA. Tp, dalam hal ini, (arah kepala waktu tidur), ada konsep palemahan (tata ruang) yang mengatur dalam hal ini. Dalam tata adat di bali, tiap keluarga hindu bali punya tempat pemujaan (sangah/merajan) yang di bangun di sebelah timur (tepatnya, kaje kangin) dari areal pekarangan yg di tempati. Dan di bali jg ada konsep (me-hulu gunung). Masyarakat hindu bali menggunakan gunung sebagai arah utara. Nah, untuk lebih mensucikan tempat pemujaan, maka masyarakat hindu di bali mengatur arah kepala untuk tidur dengan sedemikian rupa. Dalam hal ini, kepala ada otaknya, otak sebagai pusat dari semua yang ada pada diri manusia. Maka, dgn sendirinya kepala kitalah yg paling dekat dgn tmpat pemujaan. Ini untuk mengingatkan kita untuk selalu dekat, mengingat, dan melaksanakan ajaran hindu. jadi masalah posisi tidur kiat di bali ini bukan AGEM MULE KETO. Dan ada yg lucu disini, ajaran tidur hindu di bali, telah secara tdk langsung membuat penduduk bali mempersatukan diri lewat posisi tidur. Di bali utara dan bali selatan jika tidur dgn posisi sama2 kepala di utara, maka ketemunya kepala dgn kepala. Utara di bali selatan, adalah selatan di bali utara....... 


Kaja-Kelod Pembangunan Pura di Luar Bali

QUESTION:
Saya mau menanyakan masalah Kaja-Kelod pembangunan pura di luar bali.
ANSWER:
Masalah kaja-kelod model di Bali, di luar Bali tidak berlaku, karena ada ketentuan “desa – kala – patra” (artinya penyesuaian dengan tempat, waktu, dan keadaan).
Selain itu istilah kaja-kelod, hanya ada di Bali, di mana kaja artinya gunung, dan kelod artinya laut. Istilah kaja-kelod di Bali sendiri juga rancu, di mana penunjukkan arah kaja-kelod di tiap wilayah berbeda.
Misalnya di Bali utara, kaja adalah selatan, tetapi di Bali selatan, kaja adalah utara. Di Karangasem Timur, kaja adalah barat, dan kelod adalah timur. Jadi tidak konsisten.
Maka di luar Bali kita tidak perlu dipusingkan dengan kaja-kelod. Bangunlah Pura sesuai dengan arah yang pasti, yaitu “Pengider-ider Dewata Nawa Sangga” artinya memakai “hulu” segala arah mata angin, sesuai dengan letak/ lokasi tanah/ jalan, dipilih yang baik/ strategis.
Hal ini didasari oleh kenyataan bahwa di setiap arah mata angin pasti “melingih” Ida Sanghyang Widhi Wasa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar