Senin, 04 November 2013

Pertumbuhan penduduk sulawesi tengah




BAB II
PEMBAHASAN

1.      Jumlah dan Distribusi Penduduk
Jumlah penduduk Provinsi Sulawesi Tengah sebanyak 2 635 009 jiwa yang mencakup mereka yang bertempat tinggal di daerah perkotaan sebanyak 640 948 jiwa (24,32 persen) dan di daerah perdesaan sebanyak 1 994 061 jiwa (75,68 persen).
Persentase distribusi penduduk menurut kabupaten/kota bervariasi dari yang terendah sebesar 5,02 persen di Kabupaten Buol hingga yang tertinggi sebesar 15,70 persen di Kabupaten Parigi Moutong.
Jumlah penduduk Provinsi Sulawesi Tengah (jiwa)
Kota  (jiwa)
Desa  (jiwa)
2. 635. 009
640. 948
1. 994. 061


2.      Jenis Kelamin Penduduk

Description: http://sp2010.bps.go.id/images/headline/sratio.jpg



Penduduk laki-laki Provinsi Sulawesi Tengah sebanyak 1 350 844 jiwa dan perempuan sebanyak 1 284 165 jiwa. Seks Rasio adalah 105, berarti terdapat 105 laki-laki untuk setiap 100 perempuan.
Jumlah penduduk (jiwa)
Laki-laki    (jiwa)
Perempuan (jiwa)
2. 635. 009
1. 350. 844
1. 284. 165

Seks Rasio menurut kabupaten/kota yang terendah adalah Kota Palu sebesar 102 dan tertinggi adalah Kabupaten Poso sebesar 108.
Seks Rasio pada kelompok umur 0-4 sebesar 106, kelompok umur 5-9 sebesar 106, kelompok umur lima tahunan dari 10 sampai 64 berkisar antara 102 sampai dengan 115, dan dan kelompok umur 65-69 sebesar 104.
Seks Ratio
Umur
Jumlah
0-4
105
5-9
106
10-64
89-107
65-69
85

3.      Umur Penduduk
Description: http://sp2010.bps.go.id/images/headline/umurpenduduk.jpg
Median umur penduduk Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2010 adalah 24,94 tahun. Angka ini menunjukkan bahwa penduduk Provinsi Sulawesi Tengah termasuk kategori menengah. Penduduk suatu wilayah dikategorikan penduduk muda bila median umur < 20, penduduk menengah jika median umur 20-30, dan penduduk tua jika median umur > 30 tahun.
Rasio ketergantungan penduduk Provinsi Sulawesi Tengah adalah 58,28. Angka ini menunjukkan bahwa setiap 100 orang usia produktif (15-64 tahun) terdapat sekitar 58 orang usia tidak produkif (0-14 dan 65+), yang menunjukkan banyaknya beban tanggungan penduduk suatu wilayah. Rasio ketergantungan di daerah perkotaan adalah 48,41 sementara di daerah perdesaan 61,74 .
Perkiraan rata-rata umur kawin pertama penduduk laki-laki sebesar 25,4 tahun dan perempuan 21,8 tahun (perhitungan Singulate Mean Age at Marriage/SMAM).

4.      Migran Masuk Risen
Description: http://sp2010.bps.go.id/images/headline/migrasi5.jpg
Jumlah penduduk yang merupakan migran risen terus meningkat dari waktu ke waktu. Hasil SP2010 mencatat 114 404 penduduk atau 4,9 persen penduduk merupakan migran masuk risen antar kabupaten/kota. Persentase migran masuk risen di daerah perkotaan 3,1 kali lipat lebih besar daripada di daerah perdesaan, masing-masing sebesar 9,9 dan 3,2 persen.
Menurut gender, jumlah migran laki-laki lebih banyak daripada migran perempuan, 60 338 berbanding 54 066 orang. Seks rasio migran risen adalah 112. Data-data tersebut menunjang teori, bahwa migran lebih banyak di daerah perkotaan dan laki-laki lebih banyak yang melakukan perpindahan. Persentase migran terbesar di Kota Palu dan terkecil di Kabupaten Banggai Kepulauan.



5.      Migran Masuk Seumur Hidup

Description: http://sp2010.bps.go.id/images/headline/migrasi6.jpg
Jumlah penduduk yang merupakan migran seumur hidup terus meningkat dari waktu ke waktu. Hasil SP2010 mencatat 630 431 penduduk atau 23,9 persen penduduk merupakan migran masuk seumur hidup antar kabupaten/kota. Persentase migran masuk seumur hidup di daerah perkotaan 0,6 kali lipat lebih besar daripada di daerah perdesaan, masing-masing sebesar 37,8 dan 19,5 persen.
Menurut gender, jumlah migran laki-laki lebih banyak daripada migran perempuan, 333 770 berbanding 296 661 orang. Seks rasio migran risen adalah 113. Data-data tersebut menunjang teori, bahwa migran lebih banyak di daerah perkotaan dan laki-laki lebih banyak yang melakukan perpindahan. Persentase migran terbesar di Kota Palu dan terkecil di Kabupaten Banggai Kepulauan.









6.      Pendidikan
Description: http://sp2010.bps.go.id/images/headline/pendidikan_prov4.jpg
Setiap warga negara yang berusia tujuh sampai dengan lima belas tahun wajib mengikuti pendidikan dasar (Pasal 6 UU No. 20 tahun 2003). Berdasarkan hasil SP2010, persentase penduduk 7-15 tahun yang belum/tidak sekolah sebesar 3,31 persen dan yang tidak sekolah lagi sebesar 7,03 persen.
Ukuran atau indikator untuk melihat kualitas sumber daya manusia (SDM) terkait dengan pendidikan antara lain pendidikan yang ditamatkan dan Angka Melek Huruf (AMH). Berdasarkan hasil SP2010, persentase penduduk 5 tahun yang berpendidikan minimal tamat SMP/Sederajat sebesar 36,79 persen, dan AMH penduduk berusia 15 tahun ke atas sebesar 94,24 persen yang berarti dari setiap 100 penduduk usia 15 tahun ke atas ada 94 orang yang melek huruf. Penduduk dikatakan melek huruf jika dapat membaca dan menulis huruf latin atau huruf lainnya.

7.      Penduduk Usia Sekolah
Description: http://sp2010.bps.go.id/images/headline/pendidikan8.jpg
Jumlah penduduk usia 7-12 tahun sebanyak 358 011 jiwa, 13-15 tahun 148 562 jiwa, 16-18 tahun 136 436 jiwa dan 19-24 tahun 260 293 jiwa.
Di perkotaan jumlah penduduk usia 7-12 tahun sebanyak 75 765 jiwa, 13-15 tahun 36 610 jiwa, 16-18 tahun 40 402 jiwa dan 19-24 tahun 81 595 jiwa. Di perdesaan jumlah penduduk usia 7-12 tahun sebanyak 282 246 jiwa, 13-15 tahun 111 952 jiwa, 16-18 tahun 96 034 jiwa dan 19-24 tahun 178 698 jiwa.
Jumlah penduduk perempuan usia 7-12 tahun sebanyak 173 115 jiwa, 13-15 tahun 72 443 jiwa, 16-18 tahun 67 064 jiwa dan 19-24 tahun 128 635 jiwa. Jumlah penduduk laki-laki usia 7-12 tahun sebanyak 184 896 jiwa, 13-15 tahun 76 119 jiwa, 16-18 tahun 69 372 jiwa dan 19-24 tahun 131 658 jiwa.

8.      Angka Partisipasi Sekolah (APS)
Description: http://sp2010.bps.go.id/images/headline/pendidikan_prov1.jpg
Angka Partisipasi Sekolah (APS) menunjukkan besaran penduduk usia sekolah yang sedang bersekolah. APS merupakan ukuran daya serap, pemerataan dan akses terhadap pendidikan khususnya penduduk usia sekolah. APS 13-15 tahun sebesar 80,34 persen. Ini menunjukkan masih terdapat kelompok usia wajib belajar (13-15 tahun) sebesar 19,66 persen yang tidak bersekolah. APS 16-18 tahun sebesar 49,48 persen dan APS 19-24 tahun sebesar 14,62 persen.
APS di perdesaan lebih rendah dibandingkan perkotaan. Semakin tinggi kelompok umur semakin besar perbedaannya (gap). Di perdesaan APS 7-12 tahun sebesar 92,76 persen, APS 13-15 tahun 77,61 persen, APS 16-18 tahun 43,37 persen, APS 19-24 tahun sebesar 7,02 persen. Di perkotaan APS 7-12 tahun sebesar 96,29 persen, APS 13-15 tahun 88,63 persen, APS 16-18 tahun 63,92 persen dan APS 19-24 tahun sebesar 31,25 persen.
9.      Pendidikan yang Ditamatkan
Description: http://sp2010.bps.go.id/images/headline/pendidikan_kab4.jpg           Description: http://sp2010.bps.go.id/images/headline/pendidikan_prov2.jpg
Kualitas SDM dapat dilihat dari pendidikan yang ditamatkan. Gerakan wajib belajar 9 tahun (1994) menargetkan pendidikan yang ditamatkan minimal tamat SMP. Persentase penduduk usia 5 tahun ke atas yang tidak/belum pernah sekolah sebesar 7,95 persen, tidak/belum tamat SD 23,00 persen, tamat SD/MI/sederajat 32,26 persen dan tamat SMP/MTs/sederajat sebesar 15,94 persen.
Kualitas SDM daerah perdesaan lebih rendah dibandingkan daerah perkotaan. Persentase penduduk uisa 5 tahun ke atas berpendidikan minimum tamat SMP/MTs/sederajat di perdesaan 29,11 persen lebih rendah dibandingkan perkotaan 60,35 persen. Pendidikan perempuan lebih rendah dibandingkan laki-laki. Persentase penduduk perempuan usia 5 tahun ke atas berpendidikan minimum tamat SMP/MTs/sederajat 35,51 persen lebih rendah dibandingkan laki-laki 38,01 persen.

Pendidikan yang tinggi merupakan salah satu tuntutan era globalisasi. Indonesia memiliki jumlah penduduk yang besar, merupakan modal dasar pembangunan bangsa. Modal dasar yang berkualitas merupakan tujuan utama pembangunan manusia Indonesia seperti yang tertuang dalam Pembukaan UUD 1945. Sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas serta berpendidikan tinggi adalah upaya mempersiapkan SDM yang kompeten agar mampu bersaing dalam pasar kerja global.
Berdasarkan hasil SP2010, penduduk Provinsi Sulawesi Tengah usia 5 tahun ke atas yang tamat SM/sederajat sebesar 16,22 persen, tamat DI/DII/DIII sebesar 1,69 persen, tamat DIV/S1 sebesar 2,75 persen dan tamat S2/S3 sebesar 0,19 persen.



10.  Angka Melek Huruf (AMH)
Description: http://sp2010.bps.go.id/images/headline/pendidikan_prov3.jpg
Angka melek huruf penduduk usia 15 tahun ke atas sebesar 94,24 persen. AMH penduduk usia 15 tahun ke atas perempuan (93,16 persen) lebih rendah dibandingkan laki-laki (95,28 persen). AMH penduduk usia 15 tahun ke atas di daerah perdesaan (92,77 persen) lebih rendah dibandingkan daerah perkotaan (98,54 persen).
Rendahnya AMH penduduk usia 15 tahun ke atas disebabkan oleh rendahnya AMH penduduk usia 45 tahun ke atas. AMH penduduk usia 45 tahun ke atas sebesar 87,70 persen. AMH penduduk usia 45 tahun ke atas perempuan (83,89 persen) lebih rendah dibandingkan laki-laki (91,27 persen).

11.  Ketenagakerjaan
Description: http://sp2010.bps.go.id/images/headline/ketenagakerjaan.jpg
Jumlah penduduk yang merupakan angkatan kerja di Provinsi Sulawesi Tengah sebesar 1 157 492 orang, di mana sejumlah 1 138 300 orang diantaranya bekerja, sedangkan 19 192 orang merupakan pencari kerja. Dari hasil SP 2010, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) di Provinsi Sulawesi Tengah sebesar 66,10 persen, di mana TPAK laki-laki lebih tinggi daripada TPAK perempuan, yaitu masing-masing sebesar 84,19 persen dan 47,26 persen. Sementara itu, bila dibandingkan menurut perbedaan wilayah, TPAK di perkotaan lebih rendah daripada perdesaan, masing-masing sebesar 56,72 persen dan 69,33 persen. Tiga kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi Tengah dengan TPAK tertinggi berturut-turut adalah Kabupaten Sigi (72,26), Kabupaten Tojo Una-Una (71,20), dan Kabupaten Poso (70,51). Dengan jumlah pencari kerja sejumlah 19 192 orang, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di provinsi ini mencapai 1,66 persen.

12.  Perumahan
Description: http://sp2010.bps.go.id/images/headline/perumahan.jpg
Peningkatan jumlah penduduk Indonesia yang pesat menjadikan kebutuhan tempat tinggal semakin meningkat pula. Program pemerintah yang menyangkut perumahan terus ditingkatkan, baik dari segi jumlah maupun kualitasnya. Status kepemilikan/penguasaan bangunan tempat tinggal di Provinsi Provinsi Sulawesi Tengah paling banyak adalah milik sendiri. Rumah tangga yang menghuni rumah dengan luas lantai kurang dari 20 m2 paling banyak dijumpai di Kota Palu (7 234 rumah tangga), sementara yang paling sedikit terdapat di Kabupaten Banggai Kepulauan (1 133 rumah tangga).







13.  Kesulitan Fungsional
Description: http://sp2010.bps.go.id/images/headline/disabilitas_prov.jpg
Hasil SP 2010 tidak dapat digunakan untuk mengetahui jumlah penyandang disabilitas karena perbedaan konsep dan definisi antara SP 2010 dan Kementerian Sosial. Pendekatan tingkat kesulitan yang dialami oleh penduduk digunakan sebagai proksi mendapatkan informasi penyandang disabilitas.
Seseorang dapat memiliki satu atau lebih jenis kesulitan dengan derajat kesulitan ringan atau parah. Persentase penduduk usia 10 tahun ke atas di Provinsi Provinsi Sulawesi Tengah yang memiliki kesulitan, baik ringan maupun parah, dengan jenis kesulitan penglihatan sebesar 4,56 persen, kesulitan pendengaran sebesar 1,80 persen, kesulitan berjalan atau naik tangga sebesar 1,65 persen, kesulitan mengingat/berkonsentrasi atau berkomunikasi dengan orang lain sebesar 1,55 persen, dan yang memiliki kesulitan mengurus diri sendiri sebesar 1,02 persen.







BAB II
PENUTUP
A.                KESIMPULAN
Provinsi Sulawesi Tengah merupakan salah satu pulau yang ada di Indonesia dengan jumlah penduduk sebanyak 2 635 009 jiwa yang terdiri dari penduduk laki-laki sebanyak 1 350 844 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 1 284 165 jiwa. Jumlah seks rasio adalah 105, berarti terdapat 105 laki-laki untuk setiap 100 perempuan.
Jadi jumlah penduduk di Provinsi Sulawesi Tengah terbilang lumayan di Negara Indonesia.


makalah Peta



makalah 

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Peta, atlas, dan globe adalah suatu media atau alat yang dapat digunakan agar lebih mudah dalam mempelajari keadaan bumi. Dengan menggunakan peta, atlas, dan globe kita akan lebih muda dalam mempelajari dan memahami keadaan bumi. Karena peta adalah gambaran permukaan bumi seperti kenampakannya dilihat dari atas secara tegak lurus. Atlas merupakan kumpulan dari beberapa peta. Sedangkan pengertian globe adalah bola peta yang menyerupai bumi. Untuk lebih memahami tentang peta, atlas, dan globe, maka dalam makalah ini akan dijelaskan secara terperinci mengenai peta, atlas, dan globe.

1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari peta, bentuk dan jenis-jenis peta?
2. Apakah pengertian Atlas, macam-macam atlas, dan beberapa bentuk dari atlas?
3. Apakah pengertian dari globe, bentuk globe, serta kegunaan dari globe?
4. Apakah manfaat dari peta, atlas, dan globe?
5. Apakah manfaat dari mempelajari peta, atlas, dan globe?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari peta, bentuk dan jenis-jenis peta.
2. Mengetahui pengertian atlas, macam-macam atlas, dan beberapa bentuk dari atlas.
3. Mengetahui pengertian dari globe, bentuk globe, serta kegunaan dari globe.
4. Mengetahui manfaat dari peta, atlas, dan globe.
5. Mengethui manfaat dari mempelajari peta, atlas, dan globe.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Peta
A. Pengertian Peta
Pengertian peta menurut Ewin Raisz
Peta adalah gambaran konvensional permukaan bumi seperti kenampakannya dilihat dari atas secara tegak lurus, dan dibubuhi tulisan-tulisan serta keterangan-keterangan untuk kepentingan pengenalan.

Pengertian peta menurut International Cartographic Assosiation (ICA)
Peta adalah gambaran konvensional yang selektif dan yang diperkecil, yang dibuat pada bidang datar, yang menggambarkan perwujudan permukaan bumi atau benda-benda angkasa maupun data yang ada kaitannya dengan permukaan bumi atau benda-benda angkasa.
Dari pengertian peta di atas, ada empat kata kunci yang membedakan peta dengan media lain yaitu sebagai berikut:

Konvensional
Dalam penggambaran peta ada kesepakatan yang harus dipatuhi oleh pembuat peta. Hal ini terkait dengan penggambaran simbol maupun penulisan kenampakan-kenampakan geografis.

Selektif
Kenampakan-kenampakan yang digambarkan pada peta dipilih sesuai dengan pembuatan peta.

Diperkecil
Peta dibuat untuk menggambarkan permukaan bumi yang luas menjadi peta yang ukurannya jauh lebih kecil daripada ruang yang digambarkannya.

Bidang datar
Bumi berbentuk bulat digambarkan ke dalam peta pada selembar kertas yang merupakan bidang datar.

B. Fungsi peta
Secara umum, fungsi peta antara lain sebagai berikut:
1. sebagai alat bantu untuk memberikan informasi yang bersifat keruangan dan spesifik dari suatu daerah
2. sebagai alat panduan untuk terjun di lapangan, misalnya untuk kepentingan penelitian, kepariwisataan, SAR, militer dan lain-lain
3. sebagai alat untuk menganalisis maupun deskripsi dari suatu wilayah yang sedang diteliti
4. sebagai alat untuk menyampaikan ide atau usulan suatu perencanaan
5. sebagai media pembelajaran geografi.

C. Klasifikasi peta
Peta dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis. Hal ini tergantung dari dasar klasifikasi yang digunakan. Berikut dikemukakan dua cara untuk mengklasifikasikan jenis peta, yaitu berdsarkan skala dan isinya.

Berdasarkan Skala
Berdasarkan skalanya, peta dapat dibedakan menjadi 5 macam, yaitu sebagai berikut:
1. Peta teknik/peta kadaster
1:100 s.d 1:5000
2. Peta skala besar
1:5.000 s.d 1:250.000
3. Peta skala sedang
1:250.000 s.d 1:500.000
4. Peta skala kecil
1:500.000 s.d 1:1.000.000
5. Peta geografi
Lebih kecil dari 1:1000.000

Berdasarkan isinya
Berdasarkan isinya, peta dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu sebagai berikut:
 Peta Umum
Ø
Peta umum adalah peta yang menggambarkan kenampakan-kenampakan umum dari permukaan bumi, baik kenampakan yang bersifat alami maupun buatan manusia.

 Peta Khusus/ Peta Tematik
Ø
Peta yang menggambarkan kenampakan khusus / tema tertentu.

Gambar 1.2 Peta Tematik
ICA mengklasifikasikan peta menjadi tiga jenis, yaitu:
1. Peta Topografi
Peta yang menggambarkan gambaran umum mengenai permukaan bumi.

2. Chart
Peta jalan dibuat dengan tujuan untuk membantu navigasi darat, laut, maupun udara.


3. Peta Tematik
Peta yang menggambarkan informasi kualitatif maupun kuantitatif tentang kenampakan-kenampakan yang ada hubungannya dengan detail topografi tertentu.

D. Syarat Peta
Sebuah peta terdiri dari dua bagian:
1. Muka Peta
Merupakan cakupan wilayah daerah yang digambar dalam peta.
2. Informasi Tepi Peta
Merupakan informasi atau keterangan yang biasanya terletak di seputar muka peta yang terdiri atas aspek-aspek berikut:
a) Judul Peta
b) Skala Peta
c) Orientasi Peta: penunjuk arah pada peta, legenda, keterangan simbol yang digunakan dalam peta.

Penyusun/ Pembuat peta
• Sumber data
• Grid peta
• Inzet
Proyeksi
Proyeksi peta adalah suatu sistem yang memberikan hubungan antara posisi titik-titik di bumi dan di peta.
Klasifikasi Proyeksi Peta
1) Berdasrkan garis karakteristiknya
a) Proyeksi Normal
b) Proyeksi Transversal
c) Proyeksi Oblique
2) Berdasarkan sifat asli yang dipertahankan
a) Proyeksi Ekuivalen
b) Proyeksi Conform
c) Proyeksi Equidistant
3) Berdasarkan konstruksinya
a) Proyeksi Perspektif
b) Proyeksi Nonperspektif
4) Berdasarkan bidang proyeksinya
a) Proyeksi Zenithal
b) Proyeksi Kerucut
c) Proyeksi Silinder
5) Proyeksi dengan Paralel Horizontal
a) Proyeksi Mercator
b) Proyeksi Gall’S
c) Proyeksi Sinsoidal
6) Proyeksi Universal Transverse Mercator (UTM)

E. Bentuk-Bentuk Muka Bumi pada Peta
1. Dataran
a. Dataran Rendah
Secara Umum, dataran rendah diidentifikasikan sebagai relief daratan yang mempunyai ketinggian antara 0-400 m. Dataran rendah digambarkan dengan menggunakan simbol area berwarna hijau. Pewarnaan hijau tersebut dapat dipecah lagi menjadi beberapa tingkatan warna, misalnya warna hijau untuk ketinggian antara 0-100 m dan warna hijau muda untuk ketinggian antara 100-400 m.
b. Dataran Tinggi
Dataran tinggi diidentifikasikan sebagai relief daratan yang mempunyai ketinggian antara 400-1000 m dari permukaan air laut. Datarn tinggi digambarkan dengan menggunakan simbol area berwarna kuning atau cokelat muda.
c. Kawasan Pegunungan atau Perbukitan
Kawasan pegunungan atau perbukitan diidentifikasikan sebagai daratan yang memiliki kemiringan lereng yang relatif lebih besar bila dibandingkan dengan dataran dan mempunyai ketinggian di atas 1.000 meter. Karena kemiringannya yang relatif besar, maka kawasan ini bila digambarkan dengan peta kontur akan memiliki garis-garis kontur yang relatif rapat satu sama lain. Adapun pada peta umum, kawasan ini digambarkan dengan simbol area berwarna cokelat.
d. Rawa, Danau, dan Waduk
Pada peta, danau dan waduk digambarkan dengan simbol area berwarna biru, sedangkan rawa digambarkan dengan simbol area berwarna hijau dengan garis putus-putus.



Simbol danau atau waduk Simbol rawa

e. Sungai
Pada peta, aliran sungai digambarkan dengan garis yang berkelok-kelok berwarna biru. Sementara itu pada peta kontur, sungai digambarkan dengan garis yang memotong pola kontur dengan arah kontur membelok ke arah hulu.



Penggambaran sungai di peta umum Penggambaran sungai di peta topografi
f. Gunung
Pada uumnya gunung memiliki ketinggian diatas 1000 meter. Dalam peta gunung digambarkan dengan simbol segitiga berwarna merah untuk gunung aktif dan segitiga berwarna hitam untuk gunung mati.

: gunung aktif : gunung mati

g. Kota/Pemukiman dan Jalan
Suatu bentuk permukiman hanya ditunjukkan oleh letak ibukotanya. Penggambaran letak ibukota digambarkan dengan simbol berikut ini.
: ibukota negara : ibukota kabupaten

: ibukota provinsi : ibukota kecamatan

: ibukota kotamadya

Adapun jalan yang merupakan hasil budidaya manusia digambarkan dengan menggunakan simbol garis berwarna hitam atau merah.

2. Lautan
Pada umumnya lautan digambarkan dengan simbol area berwarna biru. Penggambaran warna tersebut dapat dibedakan menjadi beberapa tingkatan warna berikut ini.

Kedalaman hingga 200 meter

Kedalaman hingga 1.000 meter

Kedalaman > 1.000 meter





2.2 Atlas
A. Pengertian Atlas
Atlas merupakan kumpulan dari peta-peta yang disusun dalam bentuk buku (yang dijilid menjadi satu) atau dalam keadaan lepas, tetapi dikumpulkan menjadi satu.
Dasar yang dapat digunakan untuk mengklasifikasikan atlas antara lain berdasarkan:
1) Atas dasar wilayah
• Atlas dunia(alam semesta, planet, bumi, lautan dan kontinen)
• Negara (Atlas Nasional)
• Bagian Negara ( Atlas Regional, Atlas Provinsi)
• Kota (Atlas Kota)
2) Atas tujuan pembuatannya
• Atlas untuk referensi umum
• Atlas untuk pendidikan
• Atlas untuk wisata
3) Atas dasar isinya
• Atlas Topografi
• Atlas Tematik

B. Penggunaan Atlas
Dalam menggunakan atlas, ada beberapa hal yang harus dilakukan yaitu:
• Memilih jenis atlas sesuai dengan informasi yang diinginkan.
• Daftar isi
Pengguna dapat memilih dengan cepat informasi yang diinginkan.
• Keterangan
Digunakan untuk mempermudah membaca peta diperlukan keterangan / legenda. Sehingga pengguna dapat dengan cepat memahami isi peta.
• Indeks
Digunakan untuk mempermudah pengguna mencari letak suatu kenampakan geografis pada atlas.

2.3 Globe
A. Pengertian Globe
Globe merupakan bola peta yang bentuknya menyerupai bumi. Kedudukan globe miring sebesar 23 ½° , sama dengan kecondongan bumi terhadap bidang ekliptika.

B. Kegunaan Globe
Kegunaan globe antara lain:
1) Perencanaan untuk perjalanan jauh, baik melalui darat maupun laut.
2) Analisis mengenai rambatan gelombang gempa bumi dan gelombang samudera, gerakan arus laut dapat dilakukan secara baik melalui globe.
3) Menggambarkan letak garis lintang,garis bujur, garis equator, letak kutub, dan letak bujur dengan jelas dalam bentuk tiga dimensi.
4) Menjelaskan proses gerhana bulan dan gerhana matahari
5) Menggambarkan letak, luas daerah, Negara, benua, dan laut secara lebih akurat.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Setelah mengetahui isi dari pembahasan materi tersebut, maka kami dapat menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan antara peta, atlas dan globe. Salah satu perbedaannya adalah peta merupakan gambaran konvensional yang selektif dan yang diperkecil, yang dibuat pada bidang datar, yang menggambarkan perwujudan permukaan bumi. Atlas merupakan kumpulan dari peta-peta yang disusun dalam bentuk buku dan Globe merupakan bola peta yang bentuknya menyerupai bumi.

3.2 Saran
Sebagai calon guru, kita harus mengetahui tentang kondisi geografi di Indonesia agar kita dapat memberikan pengetahuan kepada peserta didik. Untuk menunjang hal tersebut kita harus lebih serius dalam mempelajari tentang peta,atlas dan globe. Sehingga kelak di kemudian hari kita dapat dengan mudah menyampaikan ilmu kepada peserta didik tentang peta, atlas dan globe.